PENGERTIAN MALOKLUSI
Maloklusi
adalah suatu kondisi yang menyimpang dari relasi normal gigi terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung
dan terhadap gigi pada lengkung rahang lawannya. Maloklusi merupakan keadaan yang tidak menguntungkan
dan meliputi ketidakteraturan lokal
dari gigi geligi seperti gigi
berjejal, protrusif, malposisi
atau hubungan yang tidak harmonis dengan gigi lawannya (Zenab, 2010).
Maloklusi
adalah Keadaan gigi yang tidak harmonis
secara estetik mempengaruhi penampilan
seseorang dan mengganggu keseimbangan
fungsi baik fungsi pengunyahan maupun bicara. Maloklusi umumnya
bukan merupakan proses patologis
tetapi proses penyimpangan dari
perkembangan normal (Proffit & Fields, 2007).
Maloklusi
adalah akibat dari malrealasi antara pertumbuhan dan posisi serta ukuran gigi.
Maloklusi diklasifikasikan menurut relasi molar pertama (I,II dan III), atau
sebagai relasi normal, pranormal, dan pasca normal. Maloklusi juga bisa dibagi
menjadi maloklusi primer yang timbul pada gigi-geligi yang sedang berkembang
dan maloklusi sekunder yang timbul pada orang dewasa akibat tanggalnya gigi dan
pergeraka gigi tetangga (Thomson, 2007).
Maloklusi
merupakan oklusi abnormal yang ditandai
dengan tidak harmonisnya hubungan antar lengkung di setiap bidang
spasial atau anomali abnormal dalam
posisi gigi. Maloklusi menunjukkan
kondisi oklusi intercuspal dalam
pertumbuhan gigi yang tidak reguler. Penentuan maloklusi
dapat didasarkan pada kunci oklusi normal. Angle
membuat pernyataan key of occlusion
artinya molar pertama merupakan kunci oklusi.
Menurut Angle yang
dikutip oleh Dewanto, oklusi normal sebagai hubungan dari bidang-bidang
inklinasi tonjol gigi pada saat kedua rahang atas dan rahang bawah dalam
keadaan tertutup, disertai kontak proksimal dan posisi aksial semua gigi yang
benar, dan keadaan pertumbuhan, perkembangan posisi dan relasi antara berbagai
macam jaringan penyangga gigi yang normal pula.6
Menurut Andrew yang
dikutip oleh Bisara, terdapat enam kunci oklusi normal, sebagai
berikut: 9
1.
Relasi
molar menujukkan tonjol mesiobukal molar pertama
rahang atas beroklusi dalam celah antara
mesial dan sentral
dari molar pertama rahang bawah.
2.
Angulasi
mahkota yang benar.
3.
Inklinasi
mahkota menjamin dari keseimbangan maloklusi.
4.
Inklinasi
mahkota menjamin dari keseimbangan oklusi.
5.
Tidak
ada rotasi gigi.
6.
Tidak
ada celah diantara gigi geligi.
7.
Adanya
curve of spee yang datar terhadap dataran
oklusal.
Oleh
karena itu, jika berbagai ketentuan oklusi normal
di atas tidak sesuai, maka akan tergolong kasus maloklusi. Menurut Graber yang
dikutip oleh Dewanto maloklusi merupakan penyakit gigi terbesar kedua
setelah karies gigi. Gambaran maloklusi pada
remaja di Indonesia masih sangat tinggi, mulai dari
tahun 1983 adalah 90% sampai tahun 2006 adalah 89%, sementara perilaku
kesehatan gigi pada remaja khususnya
tentang maloklusi masih belum cukup baik dan pelayanan kesehatan gigi
belum optimal.
PENYEBAB
MALOKLUSI
Menurut Moyers
yang dikutip oleh Suminy,
maloklusi dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
1.
Faktor keturunan,
seperti sistem neuromuskuler, tulang,
gigi dan bagian lain di luar otot dan saraf.
2. Gangguan
pertumbuhan.
3. Trauma,
yaitu trauma sebelum lahir dan trauma
saat dilahirkan serta trauma setelah dilahirkan.
4. Keadaan
fisik, seperti prematur ekstraksi.
5. Kebiasaan
buruk seperti menghisap jari yang dapat menyebabkan insisivus rahang atas lebih
ke labial sedangkan insisivus rahang bawah ke lingual, menjulurkan lidah,
menggigit kuku, menghisap dan menggigit bibir.
6. Penyakit
yang terdiri dari penyakit sistemik, kelainan endokrin, penyakit lokal
(gangguan saluran pernapasan, penyakit gusi, jaringan penyangga gigi, tumor,
dan gigi berlubang).
7. Malnutrisi.
Maloklusi merupakan kelainan perkembangan dimana kebanyakan
disebabkan oleh proses patologis, yang penyebab utamanya yaitu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
Meskipun sulit mengetahui penyebab maloklusi tetapi beberapa peneliti telah
meneliti tentang faktor-faktor
penyebab terjadinya maloklusi. Peneliti telah membagi factor penyebab
terjadinya maloklusi yaitu factor yang spesifik, pengaruh genetika, dan
pengaruh lingkungan.
1.
Faktor spesifik
Terjadinya gangguan pertumbuhan dan
perkembangan embriologi banyak mengakibatkan kecacatan maupun maupun kematian
pada saat masih dalam kandungan. Gangguan-gangguan yang terjadi pada masa
pertumbuhan dan perkembangan yaitu :
a Gangguan
pertumbuhan tulang
Cedera
pada lahir dibagi menjadi dua kategori yaitu (1) intrauterine molding dan (2)
trauma pada mandibula selama proses kelahiran berlangsung.hal ini dapat terjadi
karena adanya tekanan yang diberikan pada bayi saat proses kelahiran
berlangsung.
b Disfungsi
otot
Otot-otot
wajah dapat mempengaruhi pertumbuhan rahang dalam dua cara. Pertama pembentukan
tulang pada titik otot yang tergantung pada aktivitas otot. Kedua otot
merupakan bagian penting dari seluruh jaringan matriks lunak yang
pertumbuhannya biasanya mengakibatkan rahang bawah ke depan.
c Gangguan
perkembangan gigi
Gangguan
perkembangan gigi biasanya disertai dengan cacat bawaan. Misalnya hilangnya
gigi secara congenital yaitu gangguan yang terjadi pada tahap awal pembentukan
gigi (inisiasi dan proliferasi). Hal ini biasanya dikenal dengan nama anadontia
dan oligodontia. Contoh lain adalah cacat dan supernumery teeth yaitu kelainan
pada ukuran gigi yang terjadi pada tahap morphodifferensiasi dan
histodifferensiasi (tahap pengembangan).
d Gigi sulung tanggal prematur
Gigi sulung yang tanggal prematur dapat
berdampak pada susunan gigi permanen. Semakin mudah umur pasien pada saat
tanggal ,akibatnya akan semakin besar terhadap susunan gigi permanen. Misalnya
jika molar kedua sulung tanggal secara prematur karena karies , kemidian gigi
permanen akan bergeser ketempat diastema sehingga tempat untuk premolar kedua
permanen berkurang dan premolar kedua akan tumbuh diluar dari tempatnya.
e persistensi gigi
Persistensi gigi sulung (over retained
deciduous teeth) yaitu gigi sulung yang sudah melewati waktunya tanggal tetapi
tidak tanggal.
f Trauma
Jika
terjadi trauma pada gigi sulung akan mengakibatkan benih gigi permanen bergeser
sehingga akan mengakibatkan kelainan pertumbuhan pada gigi permanen contohnya
akar gigi yang mengalami distorsi atau bengkok. Hal ini dapat mempengaruhi gigi
permanen yang berada didekatnya sehingga erupsi di luar lengkung gigi.
g Pengaruh jaringan lunak
Tekanan dari jaringan lunak akan memeberi
pengaruh yang besar terhadap letak gigi. Meskipun tekanannya kecil tetapi
berlangsung lebih lama akan tetap menghasilkan dampak. Misalnya lidah yang
makroglosia akan mengakibatkan terjadinya maloklusi.
h Kebiasaan buruk
kebiasaan buruk berfrekuensi cukup tinggi
dengan intensitas yang cukup dapat menyebabkan terjadinya maloklusi. Contohnya
kebiasaan mengisap jari atau benda-benda lain dalam waktu yang berkepanjangan
dapat menyebabkan maloklusi.
2.
Pengaruh genetika
Pengaruh genetika sangat kuat pada
pembentukan wajah yaitu pembentukan hidung, rahang, dan tampilan senyum. Hal
ini dapat dilihat dari beberapa keluarga yang terjadi maloklusi.
a.
Terjadinya disharmoni antar ukuran rahang dengan ukuran gigi yang menghasilkan
crowded atau diastema.
b. Terjadinya disharmoni antar ukuran rahang atas
dengan ukuran rahang bawah yang menyebabkan tidak adanya hubungan oklusi.
Hal ini terjadi karena adanya
persilangan genetic dari individu satu dengan yang lain sehingga menghasilkan
individu baru yang mewarisi sebagian dari individu induk.
3.
Pengaruh lingkungan
Pengaruh lingkungan selama pertumbuhan dan perkembangan pada
wajah, rahang, dan gigi sebagian besar terdiri dari tekanan
dan kekuatan terkait dengan aktivitas fisiologis. Fungsi harus
beradaptasi dengan lingkungan. Misalnya, bagaimana Anda mengunyah
dan menelan akan ditentukan oleh apa yang Anda harus makan, tekanan terhadap rahang dan gigi akan
mempengaruhi
pertumbuhan rahang dan erupsi gigi.
KLASIFIKASI
MALOKLUSI
Cara paling sederhana untuk menentukan
maloklusi ialah dengan Klasifikasi Angle. Menurut Angle yang dikutip oleh
Rahardjo, mendasarkan
klasifikasinya atas asumsi bahwa gigi molar pertama hampir tidak pernah berubah
posisinya. Angle mengelompokkan maloklusi
menjadi tiga kelompok, yaitu
maloklusi Klas
I, Klas II, dan Klas III.
1.
Maloklusi Klas I : relasi normal anteroposterior dari mandibula dan maksila.
Tonjol mesiobukal cusp molar
pertama permanen berada pada bukal groove molar pertama permanen mandibula.
Seperti yang terlihat pada gambar Terdapat relasi
lengkung anteroposterior yang normal dilihat dari relasi molar pertama permanen
(netrooklusi). Kelainan yang menyertai maloklusi klas I yakni: gigi
berjejal, rotasi dan protrusi.
Tipe 1 : Klas
I dengan gigi anterior letaknya
berdesakan atau crowded atau gigi C ektostem
Tipe 2 : Klas
I dengan gigi anterior letaknya
labioversi atau protrusi
Tipe 3 : Klas
I dengan gigi anterior palatoversi sehingga terjadi gigitan terbalik (anterior crossbite).
Tipe 4 : Klas I dengan gigi posterior yang
crossbite.
Tipe 5 : Klas
I dimana terjadi pegeseran gigi molar permanen ke arah mesial akibat prematur
ekstraksi.
Gambar :
Maloklusi Klas
I
2.
Maloklusi Klas II : relasi posterior dari mandibula terhadap maksila. Tonjol mesiobukal cusp molar pertama permanen atas
berada lebih mesial dari bukal groove gigi molar pertama permanen mandibula.
Seperti yang terlihat pada gambar.
Gambar :
Maloklusi Klas
II
Divisi
1 : insisivus sentral atas proklinasi sehingga didapatkan
jarak gigit besar (overjet), insisivus
lateral atas juga proklinasi, tumpang gigit besar
(overbite), dan curve of spee positif.
Divisi 2 :
insisivus sentral atas
retroklinasi, insisivus
lateral atas proklinasi, tumpang gigit besar (gigitan dalam). Jarak gigit bisa
normal atau sedikit bertambah.
Pada penelitian di New York Amerika
Serikat diperoleh 23,8% mempunyai maloklusi Klas
II. Peneliti lain mengatakan bahwa 55% dari populasi Amerika Serikat
mempunyai maloklusi Klas
II Divisi I.
3.
Maloklusi klas III : relasi anterior dari mandibula terhadap maksila. Tonjol
mesiobukal cusp molar pertama permanen atas berada lebih distal dari bukal
groove gigi molar pertama permanen mandibula dan
terdapat anterior crossbite (gigitan silang anterior). Seperti yang terlihat pada gambar.
Gambar :
Maloklusi Klas
III
Tipe 1 : adanya lengkung gigi yang
baik tetapi relasi lengkungnya tidak
normal.
Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi
anterior maksila tetapi
ada linguoversi dari gigi anterior mandibula.
Tipe 3 : lengkung
maksila kurang berkembang; linguoversi dari gigi anterior maksila; lengkung gigi mandibula baik.
Untuk kasus crossbite ada yang membaginya menjadi
crossbite anterior dan crossbite posterior.
a.
Crossbite anterior
Suatu
keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau beberapa gigi
anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual dari gigi anterior
mandibula.
b.
Crossbite posterior
Hubungan
bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior mandibula.
Selain Klasifikasi Angle, terdapat berbagai jenis
maloklusi, seperti:
1. Deepbite adalah suatu keadaan
dimana jarak menutupnya bagian insisal gigi insisivus maksila terhadap insisal
gigi insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3 mm. Pada kasus deepbite, gigi posterior sering
linguoversi atau miring ke mesial dan insisivus mandibula sering berjejal,
linguoversi, dan supra oklusi.
2.
Openbite adalah
keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat rahang atas dan
rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam open bite menurut
lokasinya antara lain :
·
Anterior
openbite
Klas
I Angle anterior openbite terjadi karena rahang atas yang sempit, gigi depan
inklinasi ke depan, dan gigi posterior supra oklusi, sedangkan Klas II Angle
divisi I disebabkan karena kebiasaan buruk atau keturunan.
·
Posterior
openbite pada regio premolar dan molar.
·
Kombinasi anterior dan posterior/total openbite terdapat baik di anterior, posterior, dapat unilateral ataupun bilateral.
3.
Crowded (Gigi berjejal) adalah
keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal. Penyebab gigi berjejal adalah lengkung basal
yang terlalu kecil daripada lengkung koronal. Lengkung basal adalah lengkung
pada prossesus alveolaris tempat dari apeks gigi itu tertanam, lengkung koronal
adalah lengkung yang paling lebar dari mahkota gigi atau jumlah mesiodistal yang
paling besar dari mahkota gigi geligi. Faktor keturunan
merupakan salah satu penyebab gigi bejejal, misalnya ayah mempunyai struktur
rahang besar dengan gigi yang besar-besar, ibu mempunyai struktur rahang kecil
dengan gigi yang kecil. Kombinasi genetik antara rahang kecil dan gigi
yang besar membuat rahang tidak cukup dan gigi menjadi berjejal. Kasus
gigi berjejal dibagi berdasarkan derajat keparahannya, yaitu:
a. Gigi berjejal kasus ringan
Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi depan
mandibula, dianggap suatu variasi yang normal dan dianggap tidak memerlukan
perawatan.
b. Gigi berjejal kasus berat
Terdapat gigi-gigi yang sangat
berjejal sehingga dapat menimbulkan oral
hygiene yang buruk.
4.
Diastema (Gigi
renggang)
Gigi renggang adalah suatu keadaan terdapatnya ruang di antara gigi
geligi yang seharusnya berkontak. Diastema ada 2 macam, yaitu:
a. Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi. Penyebabnya antara
lain frenulum labial yang abnormal, kehilangan gigi, kebiasaan jelek, dan
persistensi.
b. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat
disebabkan oleh faktor keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang
traumatis.
0 komentar:
Posting Komentar