Indikasi dan kontraindikasi dari penggunaan tumpatan
plastis resin komposit, gi dan amalgam.
Resin
komposit dapat digunakan pada sebagian besar aplikasi klinis. Secara umum,
resin komposit digunakan untuk:
-
Restorasi kelas I, II, III, IV, V
dan VI
-
Fondasi atau corebuildups
-
Sealant dan
restorasi komposit konservatif (restorasi resin preventif)
-
Prosedur estetis tambahan
-
Partial veneers
-
Full veneers
-
modifikasi kontur gigi
-
penutupan/perapatan diastema
-
Semen (untuk restorasi tidak
langsung)
-
Restorasi sementara
-
Periodontal splinting
-
Aman untuk restorasi
lesi kecil dan memiliki nilai estetik yang sangat bagus
-
Cukup untuk menerima
tekanan oklusal yang sedang tapi lebih cepat
-
Lesi interproksimal
(klas III) pada gigi anterior Lesi pada permukaan fasial gigi anterior (klas V)
-
Lesi pada permukaan
gigi premolar
-
Hilangnya sudut incisal
gigi
-
Fraktur gigi anterior
-
Membentuk kembali gigi
untuk mendukung restorasi tuang
-
Lesi oklusal dan
interproksimal gigi posterior ( klas I & II)
-
Ikatan jangka panjang
dengan dentin diragukan, untuk mengembangkan adhesi dentin digunakan penghubung
yaitu GIC
The American
Dental Association (ADA) mengindikasikan kelayakan
resin komposit untuk digunakan sebagai pit and fissura sealant, resin
preventif, lesi awal kelas I dan II yang menggunakan modifikasi preparasi gigi
konservatif, restorasi kelas I dan II yang berukuran sedang, restorasi kelas V,
restorasi pada tempat-tempat yang memerlukan estetika, dan restorasi pada
pasien yang alergi atau sensitif terhadap logam.
ADA tidak
mendukung penggunaan komposit pada gigi dengan tekanan oklusal yang besar,
tempat atau area yang tidak dapat diisolasi, atau pasien yang alergi atau
sensitif terhadap material komposit. Jika komposit digunakan seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, ADA menyatakan bahwa "ketika digunakan dengan
benar pada gigi-geligi desidui dan permanen, resin berbahan dasar komposit
dapat bertahan seumur hidup sama seperti restorasi amalgam kelas I, II, dan V.”
Kontra inikasi resin
komposit
Kontraindikasi
utama dari penggunaan resin komposit sebagai material restorasi adalah
berhubungan dengan faktor-faktor yang muncul seperti isolasi, oklusi dan
operator. Jika gigi tidak dapat diisolasi dari kontaminasi cairan mulut maka
resin komposit atau bahan bonding lainnya tidak dapat digunakan. Hal ini
terjadi karena resin komposit bersifat sangat sensitif dan memerlukan
ketelitian. Bila terkontaminasi cairan mulut,
kemungkinan restorasi akan lepas (Summitt dkk., 2006).
Jika semua kontak oklusi terletak pada bahan restorasi maka resin komposit
sebaiknya tidak digunakan. Hal ini karena resin komposit kekuatan menahan
tekanan oklusi lebih rendah dibandingkan amalgam. Diperlukan memperkuat sisa
struktur gigi yang tidak dipreparasi dengan prosedur restorasi komposit. Adanya
perluasan restorasi hingga mencapai permukaan akar, menyebabkan adanya celah
pada pertemuan komposit dengan akar. Penggunaan liner pada area
permukaaan akar dapat mengurangi kebocoran, celah dan sekunder karies. Tumpatan
menggunakan komposit pada gigi posterior akan cepat rusak pada pasien dengan
tenaga pengunyahan yang besar atau bruxism, karena bahan komposit mudah
aus. Pasien dengan insidensi
karies tinggi serta kebersihan mulut tidak terjaga juga dianjurkan untuk tidak
menggunakan tumpatan resin komposit (Baum, et al., 1995).
-
Faktor isolasi
Agar
restorasi komposit dapat berhasil (untuk memulihkan fungsi, tidak mengganggu
jaringan, dan retensi pada gigi), komposit harus berikatan dengan struktur
gigi, yaitu email dan dentin. Struktur gigi yang dibonding memerlukan
lingkungan yang terisolasi dari kontaminasi cairan mulut atau kontaminan
lainnya. Kontaminasi tersebut akan menghalangi pembentukan ikatan. Jika daerah
operasi dapat diisolasi dengan baik, maka prosedur bonding yang dilakukan akan
berhasil. Hal ini berlaku untuk penggunaan restorasi komposit, bonded
amalgam, atau ionomer kaca, serta bonding restorasi tidak langsung dengan
penggunaan agen penyemenan yang tepat. Jika daerah operasi tidak dapat sepenuhnya
dilindungi dari kontaminasi, maka yang digunakan adalah sebuah restorasi nonbonded
amalgam, karena kehadiran cairan mulut tidak menyebabkan masalah klinis yang
signifikan dengan amalgam.
-
Faktor
oklusal
Material
resin komposit kurang resisten dibandingkan dengan amalgam, namun penelitian
menyatakan bahwa daya resistensi resin komposit tidak jauh berbeda dengan
amalgam. Pada pasien dengan kekuatan oklusal yang besar, bruxism atau
restorasi pada seluruh permukaan oklusal penggunaan amalgam lebih baik
dibandingkan dengan resin komposit. Namun pada gigi dengan dengan tekanan
oklusal yang normal dan kontak oklusal normal pada struktur gigi penggunaan
resin komposit baik sebagai bahan restorasinya.
-
Kemampuan
operator
Preparasi
gigi untuk restorasi dengan resin komposit relatif mudah dan tidak kompleks
apabila dibandingkan dengan amalgam, namun dalam hal isolasi gigi, penempatan
etsa, primer dan bahan adhesif pada struktur gigi, insersi, finishing
dan polishing dari resin komposit lebih sulit dari restorasi amalgam.
Dan menurut Jordan (1988), restorasi dengan komposit lebih sulit digunakan pada
gigi posterior, prosedur finishing yang lama, serta proteksi pulpa
menjadi lebih faktor kritis dibandingkan dengan amalgam karena komposit
merupakan material yang bersifat toksik. Dan waktu yang dibutuhkan untuk
penambalan lebih lama dan operator harus lebih berhati-hati (Baum, et al.,
1995). Untuk itu operator harus memberikan perhatian yang besar dan detail pada
penyelesaian restorasi komposit secara sempurna. Kemampuan dan pengetahuan dari
penggunaan material dan keterbatasannya sangat dibutuhkan oleh operator dalam
menggunakan resin komposit sebagi bahan restorasi.
Kelebihan dan kekurangan dari resin komposit
Kelebihan Komposit
-
Warna dan tekstur
material bisa disamakan dengan gigi pasien dengan menambah material pengisi.
-
Bisa digunakan
untuk merubah warna, ukuran dan bentuk gigi untuk memperbaiki senyuman.
-
Tidak mengandung
merkuri.
-
Sangat bermanfaat
untuk gigi anterior dan kavitas kecil pada gigi posterior dengan beban gigitan
yang tidak terlalu besar dan mementingkan estetis.
-
Hanya sedikit
gigi yang perlu dipreparasi untuk pengisian bahan tambalan berbanding amalgam (Anusavice,
2003).
-
Bahan tambal ini meraih popularitas karena sifatnya yang dapat melepas
fluor yang sangat berperan sebagai antikaries. Dengan adanya bahan tambal ini,
resiko kemungkinan untuk terjadinya karies sekunder di bawah tambalan jauh
lebih kecil dibanding bila menggunakan bahan tambal lain
-
Biokompatibilitas bahan ini terhadap jaringan sangat baik (tidak
menimbulkan reaksi merugikan terhadap tubuh).
-
Material ini melekat dengan baik ke struktur gigi karena mekanisme
perlekatannya adalah secara kimia yaitu dengan pertukaran ion antara tambalan
dan gigi. Oleh karena itu pula, gigi tidak perlu diasah terlalu banyak seperti
halnya bila menggunakan bahan tambal lain. Pengasahan perlu dilakukan untuk
mendapatkan bentuk kavitas yang dapat ‘memegang’ bahan tambal.
Kekurangan Komposit
-
Bisa terjadi
shrinkage apabila material di set, sehingga menyebabkan pembentukan ruang kecil
antara gigi dan bahan tambalan.
-
Tidak bisa
digunakan untuk tambalan yang besar.
-
Lebih cepat aus
dibanding amalgam.
-
Tehnik etsa asam
bisa melemahkan material polimer komposit.
-
Kontras bahan
tambalan komposit dan karies yang kurang menyebabkan sukar untuk mendeteksi
karies baru.
-
Memerlukan ketrampilan
serta biaya tinggi.
-
Kekuatannya
lebih rendah bila dibandingkan bahan tambal lain, sehingga tidak disarankan
untuk digunakan pada gigi yang menerima beban kunyah besar seperti gigi molar
(geraham).
-
Warna
tambalan ini lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara
tambalan dan permukaan gigi asli.
-
Tambalan
glass ionomer cement lebih mudah aus dibanding tambalan lain
Tahapan preparasi dan restorasi pada penggunaan tumpatan
plastis resin komposit, sik dan amalgam
-
Tahapan preparasi
dan restorasi tumpatan plastis resin komposit
- Initial
Clinical Procedures
Akhir-akhir ini semen komposit dianggap tidak lagi
cocok untuk digunakan merestorasi kavitas oklusal, tetapi untuk kavitas yang
kecil pada permukaan oklusal gigi yang cukup sehat dapat dilakukan restorasi
dengan komposit etsa asam, asalkan fisura yang masih ada juga direstorasi pada
saat yang bersamaan. Dengan makin membaiknya sifat fisik dari resin komposit,
bahan ini dapat dipertimbangkan kegunaannya untuk kavitas yang besar. Dewasa
ini resin komposit hanya cocok digunakan untuk restorasi kavitas lingual pada
gigi yang sudah dirawat saluran akar.
Sama seperti
prosedur preparasi umumnya, preparasi kelas I restorasi komposit didahului
dengan seleksi area yang akan dipreparasi. Diperlukan juga penilaian terhadap
hubungan oklusi dengan gigi antagonisnya untuk meminimilkan terjadinya trauma
oklusi. Isolasi pada daerah operasi pada umumnya tidak menjadi masalah, tetapi
sangat menentukan keberhasilan dari preparasi.
- Tooth
Preparation
Terdapat
tiga tipe dalam preparasi komposit, yaitu konvensional, beveled conventional,
dan modifikasi. Konvensional preparasi dapat digunakan untuk meningkatkan resistance
form yang dapat meminimalkan terjadinya fraktur pada gigi dan bahan
komposit pada saat selesai preparasi. Preparasi konvensional ini juga digunakan
pada gigi dengan area preparasi yang luas serta memiliki tekanan oklusal yang
besar. Desain bevel konvensional, preparasi konvensional, atau kombinasi
keduanya, dasar kavitas yang rata untuk menerima tekanan oklusal, kekuatan
gigi, serta konfigurasi dari permukaan restorasi merupakan unsur-unsur yang
dapat membantu dalam menahan kemungkinan frakturnya gigi dan restorasi.
Restorasi
kavitas kecil hingga sedang preparasinya dapat menggunakan preparasi
modifikasi, yang biasanya tidak memiliki karakteristik resistance form
pada preparasi konvensional. Preparasi jenis modifikasi ini memiliki pelebaran
pada bagian cavosurface tanpa adanya bagian yang datar pada pulpa atau axial
wall. Preparasi ini biasanya lebih membulat dan lebih kecil, sehingga lebih
bersifat konservatif pada gigi. Pada preparasi jenis ini dapat digunakan cutting
instrument.
Berbagai
tipe cutting instrument dapat digunakan pada preparasi kelas I, secara
umun ukurannya sesuai dengan lesi yang ada, dan ketajamannya dapat berguna
dalam pembentukan retensi dan resistensi yang diinginkan. Bila permukaan
oklusal yang akan direstorasi lebih luas, maka dapat kita gunakan disain boxlike
preparation, preparasi ini menghasilkan resistensi dan retensi yang besar
terhadap terjadinya fraktur.
- Teknik preparasi
- Convensional
Untuk
preparasi kelas I yang besar dengan komposit, masukkan inverted cone diamond
lewat distal area pit pada permukaan oklusal, posisikan sejajar dengan sumbu
akar dan mahkota. Saat diantisipasi bahwa seluruh panjang mesiodistal dari
sentral groove yang akan dipreparasi, lebih mudah memasukkan bagian
distal terlebih dulu dan kemudian melintasi mesial.
Teknik ini
memungkinkan penglihatan yang lebih baik untuk operator selama melakukan
preparasi. Siapkan pulpal floor untuk kedalaman inisiasi awal 1,5 mm, yang
diukur dari sentral groove (Gb. 5) . Setelah daerah groove
sentral dibuang, facial atau lingual diukur kedalaman, ini akan lebih besar, biasanya
sekitar 1,75 mm, tetapi ini
tergantung pada kecuraman dari kecondongan cuspal (Gb. 6). Biasanya kedalaman
awal ini adalah kira-kira 0,2 mm dalam (internal) di Dej. diamond dipindahkan
ke mesial (Gb. 7) untuk menyertakan sisa lain, mengikuti groove sentral, sebaik
turun naiknya DEJ (Gb. 8).
Perluasan
permukaan bukal dan lingual dan lebar mengikuti karies, material restorasi
lama, atau kesalahan. Mempertahankan kekuatan cuspal dan marginal ridge
sebanyak mungkin. Meskipun ikatan akhir restorasi komposit akan membantu
memulihkan beberapa kekuatan melemah, permukaan yang tidak dipreparasi, lingual
mesial, atau distal struktur gigi, bentuk outline harus sebagai konservatif
mungkin di daerah ini. Perluasan pada cups harus seminimal mungkin. Perluasan
sampai marginal ridge harus menghasilkan kira-kira 1,6 mm ketebalan gigi sisa
struktur (diukur dari perluasan internal ke kontur proksimal) untuk premolar
dan kira-kira 2 mm untuk geraham (Gb. 9). Perluasan terbatas tergantung oleh
dukungan dentin pada marginal ridge email dan cups. Diamond berjalan sepanjang groove
dan menghasikan pulpal floor yang datar dan mengikuti naik turunnya DEJ.
Jika perluasan mengharuskan pengurangn cups, ini sama kira-kira 1,5 mm
kedalaman dipertahankan, biasanya menghasilkan pulpal floor naik ke
oklusal (Gb. 10).
Gambar 5. Diamond is moved mesially to
include all faults
Gambar 6. Mesiodistal
initial pulpal depth preparation follows DEJ. A, Mesiodistal cross-section of
premolar. B, Move cutting instrument mesially. C, Follow contour of DEJ.
Gambar 8. Faciolingual
extension. Maintain initial 1.5-mmpulpal depth up cuspal inclines.
Gambar 7. Mesiodistal extension. Preserve
dentin
support of marginal ridge enamel. A,
Molar.
B, Premolar.
Gambar 9. Groove
extension. A, Cross-section through facial and lingual groove area. B,
Extension through cusp ridge at 1.5 mm initial pulpal depth; facial wall depth
is 0.2 mm inside the DEJ. C, Facial view.
Gambar 10. Beveling a
facial groove extension. Coarse diamond creates a 0.5-mm bevel width at a
45-degree angle. A, Facial view. B, Occlusal view.
- Modified
Preparasi
ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ketebalan yang cukup bagi bahan
restoratif. Semua tepi harus mempunyai butt-joint cavosurface angle 90º
untuk mendapatkan kekuatan tepi bagi bahan restorasi. Semua tepi dan sudut
harus dibuat membulat untuk menghindari tekanan pada restorasi dan gigi,
sekaligus mengurangi kemungkinan terjadinya fraktur.
Bur carbide atau diamond
yang digunakan untuk preparasi gigi harus yang berbentuk tappered supaya
dinding fasial dan lingual divergen ke arah oklusal. Bentuk divergen ini akan
mempermudah insersi pasif untuk restorasi. Ujung mata bur harus bulat supaya
sudut yang dibentuk tidak tajam, sehingga dapat mengurangi stress internal.
Derajat divergensi di antara 2º-5º pada setiap dinding. Sepanjang preparasi,
instrument potong digunakan untuk membuat dinding vertikal sejajar aksis
panjang mahkota gigi.
Preparasi
pada oklusal dengan kedalaman 1,5-2 mm. Kebanyakan komposit dan keramik
memerlukan isthmus dan groove dengan kelebaran 1,5mm untuk mengurangi
fraktur pada restorasi. Dinding fasial dan lingual dipreparasi sehingga cusps
datar dan halus. Idealnya, tidak boleh ada undercut yang menghalangi insersi
bahan restorasi. Jika ada undercut yang kecil, bisa ditutupi dengan menggunakan
liner semen ionomer. Dinding pulpa juga harus rata dan halus. Jika sisa
karies atau bahan restorasi yang sebelumnya akan dibuang, dindingnya
direstorasi dengan liner/base light-cured semen ionomer. Margin gingival
dikurangi seminimal mungkin karena margin pada enamel lebih sering digunakan
untuk bonding.
Apabila
bagian dari dinding fasial atau lingual mempunyai karies, maka preparasi
dilebarkan (dengan gingival shoulder) disepanjang transitional line
angle agar kerusakan dapat dihilangkan. Dinding aksial pada pelebaran ini
di preparasi untuk mendapatkan ketebalan restorasi yang mencukupi. Cusp
haruslah di capping jika preparasi melebihi 2/3 atau lebih dari groove
primer ke ujung cusps. Jika cusps di capping, preparasi dikurangi 1,5-2mm dan
mempunyai cavosurface angle 90º. Apabila cusps dikapping, terutama centric
cusps, shoulder haruslah dibuat dengan cavosurface margin fasial dan lingual
menjauhi dari kontak gigi antagonis.
- Teknik restorasi
Matrix tidak
di perlukan pada preparasi restorasi karena konturnya dapat dikontrol secara
langsung pada saat material komposit dimasukan ke dalam preparasi seperti pada
restorasi klas V. Hal ini benar terutama pada pemakaian lightcured
material dimana mempunyai working time yang lebih lama, sehingga
operator dapat membuat kontur pada restorasi apabila material restorasi masih
berada dalam keadaan yang belum terpolimerisasi.
- Etsa, Priming dan Penempatan adhesif
- Teknik etsa
Pengerutan
polimerisasi terjadi ketika resin metakrilat mengeras, oleh karena itu
kebocoran tepi restorasi lebih mungkin terjadi pada restorasi resin
dibandingkan bahan jenis lain. Bahan komposit yang ada saat ini tidak memiliki
kemampuan untuk menahan kebocoran tepi, sehingga kebocoran cairan mulut sering
terjadi pada bagian yang berdekatan dengan restorasi. Secara singkat tujuan
etsa asam adalah meningkatkan perlekatan mekanis dan menutup tepi. Prosedur ini
memperluas penggunaan bahan restorasi berbasis resin karena memberikan ikatan
yang kuat antara resin dan email serta memecahkan masalah yang dihadapi oleh
restorasi berbasis resin yaitu perubahan warna di bagian tepi karena kebocoran
tepi restorasi yang berhadapan.
- Penggunaan
Teknik etsa
asam membentuk basis bagi kebanyakan prosedur inovatif kedokteran gigi, seperti
retensi logam berikatan resin, vinir berlapis porselen dan braket ortodontik.1
Secara sistematis, ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan etsa asam
: metode, waktu, konsentrasi asam, dan tipe asam yang digunakan.
- Metode
Asam
fosforik dapat diaplikasikan dalam bentuk gel dengan menggunakan kuas atau
injeksi. Kuas lebih dianjurkan karena ujung yang baik dari kuas akan
mengikatkan asam ke enamel pada preparasi chamfer-shoulder dan bulu kuas yang
halus akan mencegah gosokan kasar yang nantinya akan menghasilkan penurunan
retensi akibat fraktur dari enamel interstitial yang mengelilingi pori-pori
yang sangat kecil (micropore).
- Waktu
Waktu yang
digunakan untuk etsa asam fosforik tidaklah lama, normalnya 10-60 detik.3 Waktu
yang lebih lama tidak akan menambah kekuatan ikatan. Namun, lamanya pemberian
etsa bervariasi tergantung riwayat gigi yang dietsa. Aplikasi dapat lebih lama
(1 menit atau lebih) pada gigi susu dan gigi yang mengalami fluorosis karena
keduanya bersifat melawan prosedur etsa.
- Konsentrasi asam
Konsentrasi
30%-50% adalah yang paling efektif dan banyak terdapat di pasaran.1,3
Konsentrasi 37% merupakan konsentrasi terbanyak di pasaran. Konsentrasi lebih
dari 50% dapat menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat monohidrat pada
permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut.
- Tipe asam yang digunakan
Ada 2 macam
tipe asam yang dapat digunakan untuk etsa yaitu gel dan larutan encer. Tipe
larutan encer mudah untuk digunakan tetapi sangat sulit untuk mengontrol flow
cairan.2,3 Gel fosforik dengan viskositas tinggi seperti Caulk Gel Etchant atau
Ultradent Etching Gel lebih mudah untuk dikontrol secara klinis.2 Dalam
pembuatannya, gel tersebut seringkali dibuat dengan menambah silika koloidal
atau butiran polimer ke dalam asam.
Pada umumnya
etsa dipasok dalam bentuk gel agar peletakan bahan dapat lebih dikendalikan.
Selama peletakan usahakan agar gelembung udara antara kedua bahan tidak masuk
karena jika ada gelembung udara daerah tersebut tidak dapat teretsa. Setelah
dietsa, asam harus dibilas dengan air selama 20 detik, kemudian enamel
dikeringkan. Tanda keberhasilan etsa tampak pada permukaan enamel yang berwarna
putih salju. Enamel ini harus dijaga agar tetap kering sampai resin diletakkan,
tujuannya untuk membentuk ikatan yang baik. Kontak dengan saliva atau darah
misalnya, walaupun hanya sebentar dapat menghalangi pembentukan resin tag yang
efektif dan mengurangi kekuatan ikatan. Jika terjadi kontaminasi, kontaminan
harus segera dibersihkan, enamel dikeringkan serta dietsa kembali selama 10
detik (lebih singkat dari waktu etsa awal).
- Teknik primer
Primer harus
diaplikasikan pada semua struktur gigi yang dipreparasi dengan menggunakan
microbrush atau applicator. Pabrik akan menentukan lama aplikasi bahan primer
serta lama penyinaran. Apabila sudah dilapisi dengan primer maka dentin
seharusnya mengkilap secara rata, dan jika terdapat bagian yang kering maka
harus diberi lapisan primer lagi.
- Penempatan adhesif
Jika sistem
bonding tidak menyatukan primer dan adhesive, maka bonding adhesive
diaplikasikan. Microbrush atau applicator digunakan untuk mengaplikasikan bahan
adhesive semua bagian atau struktur gig yang telah di etsa dan di primer. Harus
diperhatikan agar bahan adhesive tidak mengalir ke bagian yang lain. Apabila
sudah diaplikasikan, bahan adhesive dipolimerisasi dengan penyinaran cahaya.
Setelah polimerisasi material komposit akan terikat secara langsung dengan
bahan adhesive tersebut.
- Insersi dan curing komposit
Self cured
atau light cured komposit dapat diinsersi dengan instrument tangan atau syringe.
Komposit self-curing jarang digunakan untuk restorasi klas V karena
light-curing mempunyai banyak kelebihan dibanding self-curing. Diusapakan
campuran komposit self-cured pada preparasi dengan menggunakan instrument
tangan sambil vibrasi. Ujungnya dapat dilubrikasi dengan bonding adhesive. Biasanya
prosedur ini dilakukan dua kali supaya preparasi terisi penuh atau lebih.
Kemudian eksesnya dibersihkan dimulai dari gingival cavosurface margin dengan
menggunakan eksplorer No. 2 atau dengan menggunakan blade pada instrument
komposit, seterusnya pada bagian struktur gigi yang tidak dipreparasi, gingival
dan terakhir pada bagian yang dipreparasi. Jika komposit mulai mengeras, maka
konturing harus dihentikan.
Material light-cured
direkomendasikan umumnya untuk preparasi klas V disebabkan oleh working time
yang lebih lama dan kontur yang dapat dikontrol sebelum terjadi polimerisasi.
Hal ini sangat berguna pada restorasi dengan preparasi yang besar atau pada
preparasi dengan merginnya yang terletal pada cementum, karena instrument rotasi
dapat merusakan struktur gigi.
- Konturing dan polising
Konturing
dapat dimulai dengan segera setelah penyinaran light-cured materi
komposit selesai polimerisasinya atau 3 menit sesudah pengersan materi self-cured.
Permukaan oklusal dibentuk dengan round, 12-bladed carbide finishing bur atau
bentuk yang serupa untuk finishing diamond. Special carbide-tipped carvers
(carbide carvers;brasseler USA, Savannah,Ga) digunakan untuk menghilangkan
kelebihan komposit yang panjang di daerah tepi oklusal. Finishing dilakukan
dengan piloshing cups atau point atau keduanya setelah oklusi diperoleh.
Setelah itu dilakukan pembentukan anatomi oklusal komposit gigi sehingga juga
diperoleh seni dalam insersinya .
Tahapan:
- Diamond fine 8274-016 (red band) digunakan
untuk membuat kontur dan meperbaikii morfologi oklusal gigi. Ujung cups,
kemiringan instrument diletakkan dengan benar pada fossa dari arah bukal
atau lingual
- Diamond ET 6 Fine (red band) digunakan untuk
membuat kontur dan antomi oklusal gigi. Ujung instrument ditempatkan
dengan tepat di tengah fossa dan diarahkan daru bukal maupun sisi lingual.
Bisa digunakan untuk fossa sebelah mesial maupun distal.
3. ET6UF(30 blade white band)
carnide digunakan untuk finishing restorsai komposit. Instrumen ini
digunakan untuk restorasi komposit dan menfinishing bagian magin gigi.
4. H274uf-016 (30 blade white
band) digunakan untuk menfinishing, dan membuat kontur dari oklusal gigi agar
sesuai dengan anatomi.
5.Ujung diamond
imprehnated(green)DC1M digunakan untuk mengawali polishing yang ditempatkakn
pada tengah fossa dan diarahkan dari bukal maupun lingual
6. Pada akhir polishing, maka
digunakn ujung dari fine (gray)polishing sehingga dapat diproduksi kilau yang
bagus pada gigi
.
7. cup DC3M (medium) digunakan untuk
menghilangkan kotoran dan membuat hasil restorasi baik
8. Hasil akhir dari Poloshing,
sehingga restorasi komposit terlihat mengkilat
Tujuan
melakukan polishing:
- supaya tahan dari stain
- supaya tahan dari formasi plak
dan kalkulus
- mudah dibersihkan
- meminimalkan iritasi dari
jaringan lunak
- dapat meningkatkan ketahanan
restorasi
The 7 Best Slot Machines in the World - Oklahoma Casino Directory
BalasHapusThe 7 Best Slot 안전사이트 Machines in the netteller World · 1. Lucky 7 · 2. 슬롯 Wheel of Fortune mgm 바카라 · 3. Big Bass Bonanza · 4. Egyptian Princess w88 · 5. Egyptian Princess · 6. The Great