Kamis, 19 September 2013

Eksodonsi

Eksodonsia
Eksodonsia adalah salah satu cabang ilmu bedah mulut yang bertujuan untuk mengeluarkan seluruh bagian gigi bersama jaringan pathologisnya dari dalam socket gigi serta menanggulangi komplikasi yang mungkin timbul.
Eksodonsia yang sempurna menunjukan bahwa bagian gigi dan jaringan pathologisnya yang melekat seluruhnya harus ikut terambil keluar dari dalam socket.Sisa akar gigi granuloma apikalis dan serpihan jaringan gigi serta tulang alveolar harus diangkat keluar socket.
Indikasi Eksodonsia
1.                  Gigi yang sudah karies dan tidak dapat diselamatkan dengan perawatan apapun.
2.                  Pulpitis atau gigi dengan pulpa non-vital yang harus dicabut jika perawatan endodontic tidak dapat dilakukan.
3.                  Periodontitis apical. Gigi posterior non-vital dengan penyakit periapikal sering harus dilakukan pencabutan.
4.                  Penyakit periodontal. Sebagai panduan, kehilangan setengah dari kedalaman tulang alveolar yang normal atau ekstensi poket ke bifurkasi akar gigi bagian posterior atau mobilitas yang jelas berarti pencabutan gigi tidak bias dihindari lagi.
5.                  Gigi pecah atau patah. Dimana garis pecah setengah mahkota dari akar.
6.                  Rahang pecah. Jika garis gigi peca mungkin harus dilakukan pencabutan untuk mencegah infeksi tulang.
7.                  Untuk perawatan ortodonsi
8.                  Supernumerary teethmaksudnya gigi yang berlebih yang tumbuh secara
tidak normal
9.                  Gigi yang merusak jaringan lunak, jika pengobatan atau terapi lainnya tidak mecegah trauma atau kerusakan.
10.              Salah tempat dan dampaknya. Harus dilakukan pencabutan ketika gigi menjadi karies, menyebabkan nyeri, atau kerusakan batas gigi.
11.              Gigi yang tidak dapat disembuhkan dengan ilmu konservasi
12.              Gigi impaksi dan gigi non erupsi (tidak semua gigi impaksi dan non erupsi dicabut)
13.              Gigi utama yang tertahan apabila gigi permanen telah ada dan dalam posisi normal.
14.              Persiapan radioterapi. Sebelum radiasi tumor oral, gigi yang tidak sehat membutuhkan pencabutan, atau pengangkatan untuk mereduksi paparan radiasi yang berhubungan dengan osteomelitis.
Kontraindikasi Eksodonsia
            Beberapa kontraindikasi,baik itu relative maupun mutlak yang sifatnya local atau sistemik harus dipertimbangkan dalam pencabutan gigi. Dalam keadaan ini persiapan pasien sangat penting untuk mencegah kerusakan atau kematian sehingga dapat dicapai penyembuhan primer.
Beberapa kontra indikasi yang relative atau mutlak tersebut adalah :
Ø    Kontra indikasi local
·         Infeksi-infeksi akut seperti selulitis yang tidak terkontrol
·         Perikoronitis akut
Pada infeksi ini sering sekali melibatkan bakteri campuran dan perikoronitis pada gigi molar mempunyai akses ke daerah yang lebih profundus pada daerah orofaring.
Ø    Kontra indikasi sistemik
Ada beberapa penyakit sistemik atau kelainan yang menimbulkan komplikasi atau dikomplikasi oleh pencabutan. Berikut ini beberapa penyakit yang sering kali menimbulkan masalah dalam pencabutan gigi, yaitu :
·         Penyakit diabetes mellitus yang tidak terkontrol, yang apabila dilakukan pencabutan nantinya akan menyebabkan infeksi pada luka atau tidak adanya penyembuhan normal.
·         Penyakit jantung, seperti penyakit jantung koroner, hipertensi dan dekompensasi jantung. Sebelum dilakukannya pencabutan sebaiknya dilakukan control terlebih dahulu ke dokter spesialis.
·         Penyakit-penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh seperti AIDS
·         Kelainan-kelainan darah seperti anemia parah, leukemia atau hemophilia
·         Penyakit addison’s atau penyakit defisiensi steroid, pasien harus dirawat terlebih dahulu dari penyakit tersebut dengan terapi steroid meskipun begitu penderita yang menjalani terapi steroid dalam waktu yang panjang dapat menimbulkan stress pada waktu pencabutan
·         Penyakit-penyakit demam yang tidak diketahui asal penyebabnya dan ditakutkan menyebabkan oenyakit subakut bacterial endokarditis
·         Nephritis, sebelum dilakukannya pencabutan penderita sebaiknya melakukan perawatan yang intensif terlebih dahulu terhadap ginjalnya.
·         Kehamilan (pregnancy).Diperlukan kehati-hatian sebelum melakukan pencabutan karena pada penderita hamil seringkali adanya penurunan tekanan oksigen. Banyak ahli kandungan berpendapat pencabutan dapat dilakukan sejak trisemester kedua.
·         Penderita uzur, merupakan kontraindikasi yang relative memerlukan perawatan yang sangat hati-hati. Hal ini berhubungan dengan respon fisiologis yang buruk terhadap pencabutan
·         Psikosa dan reflek neurosis, penderita mempunyai masalah di dalam pencabutan dikarenakan ketidakstabilan saraf

Bahan dan Alat Eksodonsia
 Peralatan diagnostik
Alat-alat dasar yang digunakan pada waktu pemeriksaan ialah :
a.                   Pinset KG dengan atau tanpa permukaan yang bergores pada ujung penjepit. Digunkan untuk mengambil atau menjepit kapas atau tampon.
b.                  Sonde (dental Probe) lurus dan bengkok digunakan untuk pemeriksaan kedalam karies dan mengetahui vitalitas gigi.
c.                   Kaca mulut dalam beberapa ukuran (mm) digunkan untuk melihat objek di rongga mulut.
d.                  Eksavator
e.                   Neirbeken

Peralatan pencabutan gigi
Alat-alat yang berhubungan dengan pencabutan gigi, yang terdiri dari :
1. Forcep ( tang pencabutan )
Tang merupakan alat yang dipergunakan untuk melepaskan gigi dari jaringan tulang dan jaringan lunak disekitar gigi, untuk itu diperlukan tang yang ideal untuk masing-masing gigi, agar dapat meneruskan kekuatan tekanan operator ke gigi dengan baik.
a. Bagian-bagian dari tang  ekatraksi adalah :
- beak, merupakan ujung yang mencekeram gigi geligi
- Joint/sendi/poros, merupakan pertemuan antara beak dan handle
- Handle/pegangan, merupakan bagian untuk pegangan operator
b. Tang rahang atas
Gigi-gigi rahang atas dibagi atas regio depan (anterior), tengah atau belakang
Untuk pencabutan gigi-gigi tersebut tang yang digunakan adalah :
·         Bentuk lurus
Untuk pencabutan gigi-gigi depan bermahkota atau sisa akar

·         Bentuk S
Untuk pencabutan gigi-gigi yang letaknya ditengah premolar atau molar, mahkota atau sisa akar
                 
Tang posterior rahang atas (molar kiri)           tang posterior rahang atas (premolar)

Tang posterior rahang atas (molar kanan)

·         Bentuk bayonet
Untuk pencabutan gigi molar tiga atau sisa akar gigi-gigi posterior.
Tang untuk pencabutan gigi molar rahang atas atau mahkota dibedakan atas kiri dan kanan sesuai bentuk beak. Sedangkan tang untuk gigi insisivus, kaninus dan premolar tidak dibedakan atas kanan atau kiri.
c.Tang rahang bawah
Tang yang digunakan untuk gigi-gigi RB mempunyai ciri antara paruh dan pegangan membentuk sudut 90 derajat atau dimodifikasi lebih dari 90 derajat (untuk gigi yang letaknya di sudut mulut).
Tang rahang bawah umumnya tidak dibedakan antara kanan dan kiri, tapi ada juga yang dibedakan. Untuk gigi I, C, dan P bentuk beak pada umumnya tumpul, yang membedakannya terletak pada lebar paruh (beak) dalam ukuran mesio-distal. Untuk tang molar ditandai yaitu pada beaknya ada ujung yang tajam pada kedua sisi dan tengah.
·                     Tang Trismus yaitu tang rahang bawah dengan pembukaan horizontal biasanya dipakai untuk pencabutan gigi pada penderita yang sukar membuka mulut.
·                     Tang Tanduk / Cow Horn yaitu yang dipergunakan untuk mencabut gigi yang tidak bermahkota dimana bifurkasi masih baik.
·                     Tang modifikasi yaitu bentuk beak dan handle tidak membentuk sudut 90 derajat.
·                     Tang Split / separasi yang digunkan untuk memecah bifurkasi.

                           

2. Elevator/pengungkit
Alat ini digunakan untuk mengungkit gigi dari alveolus. Untuk pengungkit gigi/akar dengan titik fulcrum, dimana letak fulcrum tergantung dari lokasi objek yang diungkit.
a. bagian-bagian alat pengungkit
- blade, merupakan ujung yang tajam untuk mengungkit gigi
- shank, merupakan bagian yang menghubungkan blade dan handle
- handle, merupakan bagian yang digunakan untuk pegangan

Menurut bentuknya elevator dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
1. straight ( lurus )
Alat ini mempunyai bentuk dimana handle, shank dan blade membentuk suatu garis lurus.
2. cross Bar
Alat ini mempunyai bentuk antara handle dan shank, membentuk sudut ≥ 90 ˚. Alat ini berpasangan mesial/distal atau kiri/kanan.
3. Angular
Alat ini mempunyai bentuk dimana blade membentuk sudut terhadap shank dan handle.

Menurut penggunaannya elevator diklasifikasikan atas :
1. elevator yang didesain untuk menyingkirkan segala gigi
2. elevator yang didesain untuk menyingkirkan akar yang fraktur setinggi gingiva line
3. elevator yang didesain untuk akar yang fraktur ½ panjang akar
4. elevator yang didedain untuk akar yang fraktur ⅓ panjang akar
5. elevator yang didesain untuk menyingkirkan mukoperiosteal sebelum penggunaan tang ekstraksi.
Beberapa tang khusus :
·         Tang trismus
·         Tang M3 Rahang Atas
·         Tang cow horn

Teknik ekstraksi untuk gigi rahang atas
1.                  Gigi incisivus Rahang Atas
Gigi incisivue RA diekstraksi menggunakan upper universal forceps (no. 150) walau pun forceps lain bias diunakan. Gerakan awal pada ekstraksi ini harus pelan, konstan dan tegas pada  arah labial yang akan memper luas crestal buccal bone. Setelah itu dilakukan gerakan memutar yang lebih pelan. Gerakan memutar tersebut harus diminimalisasi pada ekstraksi gigi insisif lateral terutama jika ada lekukan pada gigi.
Description: img009
2.                  Gigi kaninus rahang atas
Untuk ekstraksi gigi caninus rahang atas, dianjurkan untuk menggunakan upper universal forceps (no. 150). Gerakan awal ekstraksi gigi caninus dilakukan pada aspek buccal dengan tekanan kearah palatal. Sedikit gaya berputar pada forceps mungkin berguna untuk memperluas socket gigi, terutama jika gigi sebelahnya tidak atau telah di ekstraksi. Setelah gigi terluksasi dengan baik, gigi bisa di cabut dari socket kearah labial-incisal dengan labial tractional forceps
Description: img008

3.                  Gigi premolar 1 RahangAtas
Ekstraksi gigi ini dilakukan dengan upper universal forceps (no. 150). Sebagai alternatif, bias juga digunakan forceps no. 150A. Gigi harus diluksasi sebanyak mungkin dengan menggunakan elevator lurus. Gaya berputar harus dihindari pada gig iini agar tidak terjadi fraktu rakar.
Description: img006

4.                  Gigi premolar 2 RahangAtas
Forceps yang direkomen dasikan untuk ekstraksi gigi ini adalah forceps no. 150 atau 150 A. gigi ini memiliki akar yang kuat, sehingga pergerakan yang kuat bias diberikan pada ekstraksi gigi ini.

Description: img004
5.                  Gigi molar Rahang Atas
Forceps no. 53 R dan 53 L biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi molar rahang atas. Paruh pada forceps ini memiliki bentuk yang pas pada bifurkasi buccal. Beberapa dokter gigi memilih untuk menggunakan forceps no. 89 dan 90 atau yang biasa disebut upper cowhorn forceps. Kedua forceps tersebut biasa digunakan untuk gigi molar yang memilik ikaries yang besar atau restorasi yang besar. Untuk mengekstraksi gigi molar ketiga yang sudah erupsi, biasanya menggunakan forceps 210 S yang bias digunakan untuk sebelah kiri atau kanan.
Pergerakan dasar ekstraksi gigi molar biasanya menggunakan tekanan yang kuat buccal dan palatal, akan tetapi gaya yang diberikan pada buccal lebih besar dibandingkan yang kearah palatal. Gaya rotational tidak digunakan pada ekstraksi gigi ini karena gigi molar rahang atas memiliki 3 akar.

Description: img005
Teknik Ekstraksi gigi Rahang Bawah
Ekstraksi Rahang bawah dianjurkan untuk menggunakan bite block. Selain itu, tangan operator juga harus selalu menyokong rahang bawah
1.                  Gigi anterior rahang bawah
Lower universal forceps (no. 151) biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi rahang bawah anterior. Pergerakan ekstraksi biasanya dilakukan kearah labial dan lingual, dengan menggunakan tekanan yang sama besar. Gigi dicabut menggunakan tractional forceps pada arah labial-incisal.
Description: img007
2.                  Gigi premolar rahangbawah
Pada ekstraksi gigi premolar rahang bawah, biasanya digunakan juga forceps no. 151. Akan tetapi forceps no. 151A bias dijadika nalternatif. Pergerakan awal diarahkan keaspek buccal lalu kembali keaspek lingual dan akhirnya berotasi. Pergerakan rotasi sanga tdiperlukan pada ekstraksi gigi ini.
3.                  Gigi molar RahangBawah
Forceps no. 17 biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi ini. Pergerakan kuat pada arah buccolingual digunakan unutuk memperluas socket gigi dan memberikan kemudahan gigi untuk di ekstraksi pada arah buccoocclusal. Untuk mengekstraksi gigi molar ketiga yang telah erupsi, biasanya digunakan forceps no. 222
Description: img002


Pencabutan Sederhana / Pencabutan Dengan Tang / Pencabutan Intra Alveolar
Pencabutan intra alveolar adalah pencabutan gigi atau akar gigi dengan menggunakan tang atau bein atau dengan kedua alat tersebut. Metode ini sering juga di sebut forceps extraction dan merupakan metode yang biasa dilakukan pada sebagian besar kasus pencabutan gigi.
Pencabutan dengan menggunakan tang terdiri dari beberapa langkah yaitu : pemeriksaan, adaptasi dan aplikasi tang, ekspansi/luksasi alveolus, mengeluarkan gigi yang diikuti dengan pemeriksaan, kuretase dan kompresi.
Pemeriksaan meliputi pengamatan yang hati-hati, baik secara klinis maupun radiografis berkenaan dengan gigi yang akan dicabut dan merupakan dasar untuk menentukan rencana pembedahan. Pencabutan dengan tang biasanya terjadi tanpa komplikasi, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa secara rutin diperlukan pula cara-cara lain seperti perubahan instrumentasi / pembedahan apabila mahkota atau akar fraktur.
Dalam metode ini, blade atau instrument yaitu tang atau bein ditekan masuk ke dalam ligamentum periodontal diantara akar gigi dengan dinding tulang alveolar. Bila akar telah berpegang kuat oleh tang, dilakukan gerakan kea rah buko-lingual atau buko-palatal dengan maksud menggerakkan gigi dari socketnya. Gerakan rotasi kemudian dilakukan setelah dirasakan gigi agak goyang. Tekanan dan gerakan yang dilakukan haruslah merata dan terkontrol sehingga fraktur gigi dapat dihindari.
Tekanan terkontrol adalah kunci dari penggunaan elevator dan tang. Menggunakan tekanan yang berlebihan atau tidak terkontrol akan mengakibatkan pencabutan yang eksplosif yang merupakan resiko terkecil dan fraktur akar atau cedera serius lainnya, yang merupakan konsekuensi terburuk.
Penggunaan tekanan yang terkontrol tergantung pada urutan tindakan. Posisi pasien terhadap operator harus benar. Siku operator terletak di samping dengan telapak tangan ke bawah untuk mencabut gigi-gigi bawah, dan telapak tangan ke atas untuk gigi-gigi atas.
Harus digunakan grasp atau pegangan yang benar, baik pinch grasp maksila atau sling grasp mandibula. Yang terpenting adalah adanya sensai taktil dari besar tekanan yang diaplikasikan dan perubahan mobilitas gigi. Aplikasi tekanan yang terkontrol akan menjamin keamanan pencabutan dan mengurangi terjadinya komplikasi.

Teknik Pencabutan Gigi Akar Tunggal
Teknik pencabutan  open method extraction dilakukan pada gigi akar tunggal jika pencabutan  secara intra alveolar/  pencabutan tertutup mengalami kegagalan, atau fraktur akar dibawah garis servikal. Tahap pertama  teknik ini adalah membuat flap mukoperiostal dengan desain flap envelope yang diperluas ke dua gigi anterior dan satu gigi posterior atau dengan perluasan ke bukal/labial.
Setelah flap mukoperiostal terbuka secara bebas selanjutnya  dilakukan pengambilan tulang pada daerah bukal/labial dari gigi yang akan dicabut, atau bisa juga diperluas kebagian posterior dari gigi yang akan dicabut. Jika tang akar/ elevator memungkinkan masuk ke ruang ligamen periodontal, maka pengambilan dapat digunakan tang sisa akar atau bisa juga menggunakan elevator dari bagian mesial atau bukal gigi yang akan dicabut. Jika akar gigi terletak di bawah tulang alveolar dan tang akar/ elevator tidak dapat masuk ke ruang ligamen periodontal maka diperlukan pengambilan sebagian tulang alveolar. Pengambilan tulang diusahakan  seminimal mungkin untuk menghindari luka bedah  yang besar.
Pencabutan gigi teknik open method extraction tanpa pengambilan tulang dan pemotongan tulang dengan tang (Peterson, 2003)
Pengambilan tulang alveolar dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, pengambilan tulang dilakukan dengan ujung tang akar bagian bukal menjepit tulang alveolar. Kedua, pembuangan tulang bagian bukal dengan bur atau chisel selebar ukuran mesio-distal akar dan panjangnya setengah sampai dua pertiga panjang akar. Pengambilan akar gigi bisa dilakukan dengan elevator atau tang akar. Jika dengan cara ini tidak berhasil maka pembuangan tulang bagian bukal diperdalam mendekati ujung  akar dan dibuat takikan dengan bur untuk penempatan elevator. Setelah  akar gigi terangkat, selanjutnya menghaluskan  tepian tulang, kuretase debris atau soket gigi, mengirigasi dan melakukan penjahitan tepian flap pada tempatnya.
                        
Pencabutan gigi teknik open method extraction dengan pengambilan
sebagian tulang bukal (Peterson, 2003)

Teknik Pencabutan Gigi Akar Multipel Atau Akar Divergen
Pencabutan gigi akar  multipel  dan akar divergen perlu pengambilan satu persatu setelah dilakukan pemisahan pada bifurkasinya.  Pertama pembuatan flap mukoperiostal dengan desain flap envelop yang diperluas. Selanjutnya melakukan pemotongan mahkota arah linguo-bukal dengan bur sampai akar terpisahkan.Pengangkatan akar gigi beserta potongan mahkotanya satu-persatu dengan tang.
Teknik open method extraction dengan pemotongan mahkota gigiarah linguo-bukal ( Peterson, 2003)
Cara lain adalah dengan pengambilan sebagian tulang alveolar sebelah bukal sampai dibawah servikal gigi. Bagian mahkota dipotong dengan bur arah horizontal dibawah servikal. Kemudian akar gigi dipisahkan dengan bur atau elevator, dan satu persatu akar gigi diangkat. Tepian tulang atau septum interdental yang tajam dihaluskan. Selanjutnya socket atau debris dikuret dan diirigasi serta penjahitan tepian flap pada tempatnya.
Pencabutan gigi molar bawah dengan teknik open method extraction, dimana dilakukan pemotongan mahkota dan akar gigi (Peterson, 2003)
Pencabutan gigi molar atas dengan  pemotongan mahkota dan pengambilan akar  satu persatu ( Peterson, 2003)

Kolmplikasi Eksodonsia
Pencabutan dengan tang
·                     Perdarahan
Sedikit perdarahan setelah dilakukan pencabutan gigi merupakan keadaan yang normal. Perdarahan yang masih terjadi setelah 30-60 menit dilakukan penekanan dengan menggigit tampon perlu perawatan lanjut hal ini disebut sebagai perdarahan primer ( primary hemorrhage ).
Dapat pula terjadi perdarahan setelah beberapa hari dilakukan pencabutan disebut perdarahan sekunder ( secondary hemorrhage ).
Terapi :
a.                   Membersihkan Blood clot
b.                  Irigasi pada socket dengan isotonik salin
c.                   Perdarahan dari gusi diatasi dengan penjahitan
d.                  Perdarahan dari tulang dapat diatasi dengan penjahitan rapat dan ditambahkan diberi pack
e.                   Gigit tampon selama 15-30 menit
f.                   Diberikan obat-obatan coagulan.
·                     Fraktur akar
Keadaan ini sering terjadi pada pencabutan dengan tang, pada gigi yang mati oleh karena rapuh, akar gigi yang bengkok, atau adanya hipercementosis dll. Bila akar yang fraktur amat kecil dan letaknya jauh terbenam dalam tulang dapat dibiarkan dengan catatan penderita diberitahu keadaan tersebut.

·                     Fraktur tulang alveolar
Dapat terjadi pada waktu pencabutan gigi yang sukar. Bila terasa bahwa terjadi fraktur tulang alveolar sebaiknya giginya dipisahkan terlebih dahulu dari tulang yang patah, baru dilanjutkan pencabutan.
·                     Fraktur dari tuberositas maxilaris
Terjdi pada waktu pencabutan gigi molar tiga rahang atas. Perlu dihindari oleh karena tuberositas diperlukan sebagai retensi pada pembuatan gigi palsu.
·                     Perforasi Sinus Maxilaris
Terjadi pada pencabutan gigi-gigi premolar atau molar rahang atas. Keadaan ini lebih mudah terjadi pada gigi dengan keadaan adanya infeksi pada apikal karena tulang antara akar dan sinus terlibat keradangan kronis sehingga rusak.
Biasanya hal ini ditandai dengan adanya cairan yang keluar melalui hidung bilamana penderita kumur atau minum, kadang kala saat pencabutan tidak diketahui baik oleh dokter ataupun penderita kalau terjadi perforasi.
Bila terjadi segera diatasi dengan menutup socket dengan jahitan yang rapat bila perlu tulang bagian bukal dikurangi sehingga dapat dilakukan tarikan pada mukosa dari bukal untuk menutup.
Penderita dianjurkan tidak meniup-niup hidung kurang lebih selama satu minggu, jangan kumur terlalu keras.
·                     Terdorongnya akar pada Sinus Maxillaris
Bila terjadi, dapat dicoba untuk mengambil bagian tersebut dengan jalan :
a.                   Penderita disuruh meniup dengan lubang hidung ditutup
b.                  Diambil dengan ujung alat penghisap ( suction tip ) pada socket )
c.                   Bila tidak berhasil perlu dilakukan tindakan pembedahan dengan merujuk penderita ke dokter ahli.
·                     Alveolitis
Keadaan ini sering terjadi dan menyebabkan rasa sakit yang berkepanjangan setelah pencabutan gigi. Drysocket ditandai dengan hilangnya – rusaknya blood clot pada socket, dimulai dengan adanya blood clod yang keabu-abuan dan diikuti rusaknya blood clot sehingga socket terlihat kering.
Terapi :
irigasi dengan H2O2 atau normal saline
pemberian aplikasi lokal pada socket : alvolgyl, iodoform


3                    Komplikasi pencabutan pasca bedah
·                     Perdarahan
Control local untuk perdarahan, jika pasien dalam kondisi yang sadar bisa dilakukan suction dengan menemukan sumber perdarahannya. Setelah ditemukan, bekuan darah tadi dibersihkan dan diperiksa. Apabila perdarahan berasal dari dinding alveolus bisa diisi dengan sponge gelatin yang dapat diabsorbsi atau sponge kolagen mikrofibriliar.
·                     Hematom
Perdarahan setempat yang membeku dan membentuk massa yang padat. Bermula sebagai pembengkakan rongga mulut yang berwarna merah dan seiring berjalannya waktu menjadi noda memar  berwarna biru dan hitam. Penanganannya bisa dengan memberi penjelasan kepada pasien tentang pembengkakan dan menunggu observasi lebih lanjut. Untuk beberapa pasien tertentu bisa diberikan antibiotic propilaktik karena hematom ini mudah terinfeksi.
·                     Edema
Merupakan kelanjutan normal dari setiap pencabutan dan pembedahan gigi. Usaha usaha untuk menangani edema mencakup termal (dingin), fisik (penekanan) dan obat-obatan. Aplikasi dingin selama 24 jam pertama, penekanan bisa dengan sebungkus es pada region servikal maupun fasial. Sedangkan untuk obat obatan bisa yang paling sering digunakan adalah jenis steroid.
·                     Reaksi terhadap obat
Alergi obat sejatinya jarang terjadi bahkan relative jarang. Yang umum adalah alergi aspirin yang bermanifestasi sebagai ruam kulit (aurtikaria), angiodema, dan asma. Untuk reaksi akut terhadap antibiotic ( terutama penisilin)ndpat mematikan. Respon alergi dari obat bisa diatasi dengan antihistamin, epineprin dan steroid. Akan tetapi reaksi alergi ini paling baik dicegah dengan jalan memeriksa riwayat pasien secara lengkap.
·                     Subcutan emphysema
Jarang terjadi, biasanya terjadi karena adanya tekanan udara yang masuk jaringan ikat atau spacia pada wajah dari pemakaian hand piece dengan tekanan udara tinggi. Terjadi amat cepat, terdapat pembengkakan, akan sembuh dalam 1 sampai 2 minggu tanpa pengobatan.


0 komentar:

Posting Komentar

About