Kata Bijak Hari ini :

Kerendahan seseorang dapat diketahui dengan melihat banyaknya dia berbicara tentang hal-hal yang tidak berguna dan selalu bercerita padahal tidak ditanya.

Saran Hari ini :

Hati-hati dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, begitu pula dengan kehidupanku yang dulua hanya hitam puth sekarang lebih menjadi berwarna sejak datangnya dirimua kedalam kehidupanku, Thanks for Lia Martina.

Kritik Hari ini :

Tuhan memberikan OTAK kepada setiap manusia agar bisa BERFIKIR dan mempunyai INISIATIF untuk melakukan sesuatu, bukan MENUNGGU manusia lain untuk melakukan hal tersebut yang dimana juga bermanfaat bagi dirinya sendiri. Hanya manusia yang tidak mempunyai OTAK dan HATI yang bersikap seperti itu, bagaimana dengan kalian ?

Motivasi Hari ini :

Orang cenderung memanfaatkan orang lain dan mencampuri kesuksesannya atau kelebihannya, tetapi tidak mau tahu akan kekurangan mereka.

Motivasi hari ini :

Tidak ada yang sia-sia kalau Kita bisa mengambil hikmah dari setiap masalah yang datang dalam kehidupan ini, Semua itu hanya proses untuk belajar jadi lebih dewasa.

Kamis, 24 Oktober 2013

MALOKLUSI

 PENGERTIAN MALOKLUSI
Maloklusi adalah suatu kondisi yang menyimpang dari relasi normal  gigi terhadap gigi lainnya dalam satu  lengkung  dan terhadap gigi pada lengkung rahang lawannya. Maloklusi  merupakan keadaan yang tidak menguntungkan dan meliputi ketidakteraturan lokal  dari  gigi geligi seperti  gigi  berjejal, protrusif, malposisi  atau hubungan yang tidak harmonis dengan gigi lawannya (Zenab, 2010).
Maloklusi adalah  Keadaan gigi yang tidak harmonis secara  estetik mempengaruhi penampilan seseorang  dan mengganggu keseimbangan fungsi baik fungsi pengunyahan maupun bicara. Maloklusi  umumnya  bukan merupakan proses patologis  tetapi  proses penyimpangan dari perkembangan normal (Proffit & Fields, 2007).
Maloklusi adalah akibat dari malrealasi antara pertumbuhan dan posisi serta ukuran gigi. Maloklusi diklasifikasikan menurut relasi molar pertama (I,II dan III), atau sebagai relasi normal, pranormal, dan pasca normal. Maloklusi juga bisa dibagi menjadi maloklusi primer yang timbul pada gigi-geligi yang sedang berkembang dan maloklusi sekunder yang timbul pada orang dewasa akibat tanggalnya gigi dan pergeraka gigi tetangga (Thomson, 2007).
Maloklusi merupakan oklusi abnormal yang ditandai  dengan tidak  harmonisnya  hubungan antar lengkung di setiap bidang spasial atau  anomali abnormal dalam posisi gigi. Maloklusi menunjukkan  kondisi oklusi  intercuspal dalam pertumbuhan gigi yang tidak reguler. Penentuan maloklusi dapat didasarkan pada kunci oklusi normal. Angle membuat pernyataan key of occlusion  artinya molar pertama merupakan kunci oklusi.
Menurut Angle yang dikutip oleh Dewanto, oklusi normal sebagai hubungan dari bidang-bidang inklinasi tonjol gigi pada saat kedua rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan tertutup, disertai kontak proksimal dan posisi aksial semua gigi yang benar, dan keadaan pertumbuhan, perkembangan posisi dan relasi antara berbagai macam jaringan penyangga gigi yang normal pula.6
Menurut Andrew yang dikutip oleh Bisara, terdapat enam  kunci oklusi normal, sebagai berikut: 9
1.                        Relasi molar menujukkan tonjol mesiobukal molar pertama
               rahang atas beroklusi dalam celah antara mesial dan sentral
               dari molar pertama rahang bawah.
2.                     Angulasi mahkota yang benar.
3.                     Inklinasi mahkota menjamin dari keseimbangan maloklusi.
4.                     Inklinasi mahkota menjamin dari keseimbangan oklusi.
5.                     Tidak ada rotasi gigi.
6.                     Tidak ada celah diantara gigi geligi.
7.                     Adanya curve of  spee yang datar terhadap dataran oklusal.

Oleh karena itu, jika berbagai ketentuan oklusi normal di atas tidak sesuai, maka akan tergolong kasus maloklusi. Menurut Graber yang dikutip oleh Dewanto maloklusi merupakan penyakit gigi terbesar kedua setelah karies gigi. Gambaran maloklusi pada remaja di Indonesia  masih sangat tinggi, mulai dari tahun 1983 adalah 90% sampai tahun 2006 adalah 89%, sementara perilaku kesehatan gigi pada remaja khususnya  tentang  maloklusi masih  belum cukup baik dan pelayanan kesehatan gigi belum optimal.

PENYEBAB MALOKLUSI

Menurut Moyers yang dikutip oleh Suminy, maloklusi dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
1.   Faktor keturunan, seperti sistem  neuromuskuler, tulang, gigi dan bagian lain di luar otot dan saraf.
2.   Gangguan pertumbuhan.
3.   Trauma, yaitu  trauma sebelum lahir dan trauma saat dilahirkan serta trauma setelah dilahirkan.
4.   Keadaan fisik, seperti prematur ekstraksi.
5.   Kebiasaan buruk seperti menghisap jari yang dapat menyebabkan insisivus rahang atas lebih ke labial sedangkan insisivus rahang bawah ke lingual, menjulurkan lidah, menggigit kuku, menghisap dan menggigit bibir.
6.   Penyakit yang terdiri dari penyakit sistemik, kelainan endokrin, penyakit lokal (gangguan saluran pernapasan, penyakit gusi, jaringan penyangga gigi, tumor, dan gigi berlubang).
7.   Malnutrisi.
Maloklusi merupakan kelainan perkembangan dimana kebanyakan disebabkan oleh proses patologis, yang penyebab utamanya yaitu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Meskipun sulit mengetahui penyebab maloklusi tetapi beberapa peneliti telah meneliti tentang faktor-faktor penyebab terjadinya maloklusi. Peneliti telah membagi factor penyebab terjadinya maloklusi yaitu factor yang spesifik, pengaruh genetika, dan pengaruh lingkungan.
1.                  Faktor spesifik
Terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan embriologi banyak mengakibatkan kecacatan maupun maupun kematian pada saat masih dalam kandungan. Gangguan-gangguan yang terjadi pada masa pertumbuhan dan perkembangan yaitu :
a   Gangguan pertumbuhan tulang
Cedera pada lahir dibagi menjadi dua kategori yaitu (1) intrauterine molding dan (2) trauma pada mandibula selama proses kelahiran berlangsung.hal ini dapat terjadi karena adanya tekanan yang diberikan pada bayi saat proses kelahiran berlangsung. 
b  Disfungsi otot
Otot-otot wajah dapat mempengaruhi pertumbuhan rahang dalam dua cara. Pertama pembentukan tulang pada titik otot yang tergantung pada aktivitas otot. Kedua otot merupakan bagian penting dari seluruh jaringan matriks lunak yang pertumbuhannya biasanya mengakibatkan rahang bawah ke depan.
c   Gangguan perkembangan gigi
Gangguan perkembangan gigi biasanya disertai dengan cacat bawaan. Misalnya hilangnya gigi secara congenital yaitu gangguan yang terjadi pada tahap awal pembentukan gigi (inisiasi dan proliferasi). Hal ini biasanya dikenal dengan nama anadontia dan oligodontia. Contoh lain adalah cacat dan supernumery teeth yaitu kelainan pada ukuran gigi yang terjadi pada tahap morphodifferensiasi dan histodifferensiasi (tahap pengembangan).
d   Gigi sulung tanggal prematur
   Gigi sulung yang tanggal prematur dapat berdampak pada susunan gigi permanen. Semakin mudah umur pasien pada saat tanggal ,akibatnya akan semakin besar terhadap susunan gigi permanen. Misalnya jika molar kedua sulung tanggal secara prematur karena karies , kemidian gigi permanen akan bergeser ketempat diastema sehingga tempat untuk premolar kedua permanen berkurang dan premolar kedua akan tumbuh diluar dari tempatnya.
e   persistensi gigi
   Persistensi gigi sulung (over retained deciduous teeth) yaitu gigi sulung yang sudah melewati waktunya tanggal tetapi tidak tanggal.
f   Trauma
Jika terjadi trauma pada gigi sulung akan mengakibatkan benih gigi permanen bergeser sehingga akan mengakibatkan kelainan pertumbuhan pada gigi permanen contohnya akar gigi yang mengalami distorsi atau bengkok. Hal ini dapat mempengaruhi gigi permanen yang berada didekatnya sehingga erupsi di luar lengkung gigi.
g   Pengaruh jaringan lunak
   Tekanan dari jaringan lunak akan memeberi pengaruh yang besar terhadap letak gigi. Meskipun tekanannya kecil tetapi berlangsung lebih lama akan tetap menghasilkan dampak. Misalnya lidah yang makroglosia akan mengakibatkan terjadinya maloklusi.
h   Kebiasaan buruk
   kebiasaan buruk berfrekuensi cukup tinggi dengan intensitas yang cukup dapat menyebabkan terjadinya maloklusi. Contohnya kebiasaan mengisap jari atau benda-benda lain dalam waktu yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi.
2.                  Pengaruh genetika
Pengaruh genetika sangat kuat pada pembentukan wajah yaitu pembentukan hidung, rahang, dan tampilan senyum. Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga yang terjadi maloklusi.
a. Terjadinya disharmoni antar ukuran rahang dengan ukuran gigi yang menghasilkan crowded atau diastema.
b.  Terjadinya disharmoni antar ukuran rahang atas dengan ukuran rahang bawah yang menyebabkan tidak adanya hubungan oklusi.
Hal ini terjadi karena adanya persilangan genetic dari individu satu dengan yang lain sehingga menghasilkan individu baru yang mewarisi sebagian dari individu induk.
3.                  Pengaruh lingkungan
Pengaruh lingkungan selama pertumbuhan dan perkembangan pada wajah, rahang, dan gigi sebagian besar terdiri dari tekanan dan kekuatan terkait dengan aktivitas fisiologis. Fungsi harus beradaptasi dengan lingkungan. Misalnya, bagaimana Anda mengunyah dan menelan akan ditentukan oleh apa yang Anda harus makan, tekanan terhadap rahang dan gigi akan mempengaruhi pertumbuhan rahang dan erupsi gigi.

KLASIFIKASI MALOKLUSI

Cara paling sederhana untuk menentukan maloklusi ialah dengan Klasifikasi  Angle. Menurut Angle yang dikutip oleh Rahardjo, mendasarkan klasifikasinya atas asumsi bahwa gigi molar pertama hampir tidak pernah berubah posisinya. Angle mengelompokkan  maloklusi menjadi tiga kelompok, yaitu maloklusi Klas I, Klas II, dan Klas III.
1.                  Maloklusi Klas I : relasi normal anteroposterior dari mandibula dan  maksila.  Tonjol  mesiobukal cusp molar pertama permanen berada pada bukal groove molar pertama permanen mandibula. Seperti yang terlihat pada gambar Terdapat relasi lengkung anteroposterior yang normal dilihat dari relasi molar pertama permanen (netrooklusi). Kelainan yang menyertai maloklusi klas I yakni: gigi berjejal, rotasi dan protrusi.
Tipe 1 : Klas I dengan  gigi anterior letaknya berdesakan atau crowded atau gigi C ektostem
Tipe 2  :  Klas I dengan gigi anterior letaknya labioversi atau protrusi
Tipe 3  : Klas I dengan gigi anterior palatoversi sehingga terjadi gigitan  terbalik (anterior crossbite).
Tipe 4  : Klas I dengan gigi posterior yang crossbite.
Tipe 5 : Klas I dimana terjadi pegeseran gigi molar permanen ke arah mesial akibat prematur ekstraksi.

Gambar : Maloklusi Klas I

2.                                    Maloklusi Klas II           : relasi posterior dari mandibula terhadap maksila. Tonjol mesiobukal cusp molar pertama permanen atas berada lebih mesial dari bukal groove gigi molar pertama permanen mandibula. Seperti yang terlihat pada gambar.

Gambar : Maloklusi Klas II

   Divisi 1       : insisivus sentral atas proklinasi sehingga didapatkan jarak gigit besar (overjet), insisivus lateral atas juga proklinasi, tumpang gigit besar (overbite), dan curve of spee positif.
   Divisi 2      : insisivus sentral atas retroklinasi, insisivus lateral atas proklinasi, tumpang gigit besar (gigitan dalam). Jarak gigit bisa normal atau sedikit bertambah.
         Pada penelitian di New York Amerika Serikat diperoleh 23,8% mempunyai maloklusi Klas II. Peneliti  lain mengatakan  bahwa 55% dari populasi Amerika Serikat mempunyai maloklusi Klas II Divisi I.

3.                                 Maloklusi klas III : relasi anterior dari mandibula terhadap maksila. Tonjol mesiobukal cusp molar pertama permanen atas berada lebih distal dari bukal groove gigi molar pertama permanen mandibula dan terdapat anterior crossbite (gigitan silang anterior). Seperti yang terlihat pada gambar.

Gambar : Maloklusi Klas III


            Tipe 1 : adanya lengkung gigi yang baik tetapi relasi lengkungnya tidak
            normal.
            Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila tetapi
            ada linguoversi dari gigi anterior mandibula.
            Tipe 3 :  lengkung maksila kurang berkembang; linguoversi dari gigi            anterior maksila; lengkung gigi mandibula baik.

Untuk kasus crossbite ada yang membaginya menjadi crossbite anterior dan crossbite posterior.
a.    Crossbite anterior
Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau beberapa gigi anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual dari gigi anterior mandibula.  
b.   Crossbite posterior
Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior mandibula.
Selain Klasifikasi Angle, terdapat berbagai jenis maloklusi, seperti:
1.      Deepbite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal gigi insisivus maksila terhadap insisal gigi insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3 mm. Pada kasus deepbite, gigi posterior sering linguoversi atau miring ke mesial dan insisivus mandibula sering berjejal, linguoversi, dan supra oklusi.
2.      Openbite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam open bite menurut lokasinya antara lain :
·         Anterior openbite
Klas I Angle anterior openbite terjadi karena rahang atas yang sempit, gigi depan inklinasi ke depan, dan gigi posterior supra oklusi, sedangkan Klas II Angle divisi I disebabkan karena kebiasaan buruk atau keturunan.
·         Posterior openbite pada regio premolar dan molar.
·         Kombinasi anterior dan posterior/total openbite terdapat baik di anterior,  posterior, dapat unilateral ataupun bilateral.
3.      Crowded (Gigi berjejal) adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal. Penyebab gigi berjejal adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada lengkung koronal. Lengkung basal adalah lengkung pada prossesus alveolaris tempat dari apeks gigi itu tertanam, lengkung koronal adalah lengkung yang paling lebar dari mahkota gigi atau jumlah mesiodistal yang paling besar dari mahkota gigi geligi. Faktor keturunan merupakan salah satu penyebab gigi bejejal, misalnya ayah mempunyai struktur rahang besar dengan gigi yang besar-besar, ibu mempunyai struktur rahang kecil dengan gigi yang kecil.  Kombinasi genetik antara rahang kecil dan gigi yang besar membuat rahang tidak cukup dan gigi menjadi berjejal. Kasus gigi berjejal dibagi berdasarkan derajat keparahannya, yaitu:
a. Gigi berjejal kasus ringan
Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi depan mandibula, dianggap suatu variasi yang normal dan dianggap tidak memerlukan perawatan.
b.  Gigi berjejal kasus berat
Terdapat gigi-gigi yang sangat berjejal sehingga dapat menimbulkan oral hygiene yang buruk.

4.      Diastema (Gigi renggang)
Gigi renggang adalah suatu keadaan terdapatnya ruang di antara gigi geligi yang seharusnya berkontak. Diastema ada 2 macam, yaitu:
a. Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi. Penyebabnya antara lain frenulum labial yang abnormal, kehilangan gigi, kebiasaan jelek, dan persistensi.

b. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh faktor keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis.

INDEKS MALOKLUSI



INDEKS MALOKLUSI

Menurut Toung dan Striffler, indeks maloklusi adalah nilai numerik yang menjelaskan status relatif suatu populasi pada suatu skala bertingkat dengan batas atas dan batas bawah yang jelas. Hal ini dirancang agar mampu memberi kesempatan dan fasilitas untuk dibandingkan dengan populasi lain yang telah dikelompokkan dengan kriteria dan metode yang sama (Agusni, 1998)
Indeks maloklusi yang diperlukan adalah penilaian kuantitatif dan objektif yang dapat memberikan batasan adanya penyimpangan dari oklusi ideal yang masih dianggap normal, dan dapat memisahkan kasus- kasus abnormal menurut tingkat keparahan dan kebutuhan masyarakat (Dewi, 2008)
Syarat indeks menurut Jamison H.D dan Mc Millan R.S
a.       Indeks sebaiknya sederhana, akurat, dapat dipercaya dan dapat ditiru
b.       Indeks harus objektif dalam pengukuran dan menghasilkan data kuantitatif sehingga dapat dianalisi dengan metode statistik tertentu
c.       Indeks harus di design untuk membedakan maloklusi yang merugikan dan tidak merugikan
d.       Pemeriksaan yang dibutuhkan dapat dilakukan dengan cepat oleh pemeriksa walaupun tanpa instruksi khusus dalam diagnosis ortodonti
e.       Indeks sebaiknya dapat dimodifikasi untuk sekelompok data epidemiologi tentang maloklusi dari segi prevalensi, insiden dan keparahan, contohnya frekuensi malposisi dari masing- masing gigi
f.         Indeks sebaiknya dapat digunakan pada pasien atau model studi
g.       Indeks sebaiknya mengukur derajat keparahan malklusi. (Agusni, 1998)
Macam indeks maloklusi, yaitu:
1.      Treatment Priority Index (TPI)
Indeks ini diperkenalkan oleh Grainger pada tahun 1967 penyusunannya didasarkan atas konsep bahwa maloklusi itu tidak merupakan suatu keadaan yang sederhana tetapi lebih merupakan suatu seri kelainan yang berbeda-beda walaupun satu sama lain saling berhubungan.
Indeks tersebut didapatkan dari hasil penilaian 10 ciri-ciri maloklusi yang saling berhubungan dan 1 ciri maloklusi yang merupakan kelainan dentofasial yang berat. Macam ciri-ciri maloklusi yang dinilai meliputi: (1) jarak gigit, (2) gigitan terbalik, (3) tumapng gigit, (4) gigitan terbuka anterior, (5) gigi insisivus agenese, (6) disto-oklusi, (7) mesio-oklusi, (8) gigitan silang posterior dengan segmen gigi atas bukoversi, (9) gigitan silang posterior dengan segmen gigi atas linguoversi, (10) malposisi gigi individual, dan (11) celah langit-langit, kondisi traumatik dan lain-lain anomaly dentofasial yang berat.
Pemakaian TPI bisa diandalkan karena Sciever dkk. (1974) telah membuktikan dengan penilaian bahwa cara penilaian dengan TPI merupakan metode yang objektif dan reliable untuk menilai derajat keparahan maloklusi bagi tujuan epidemiologi.
Penilaian maloklusi dengan cara ini ternyata tidak menilai ciri-ciri maloklusi tertentu seperti renggang, diastema sentral, dan asimetris garis tengah (midline asimetry). Hal ini karena Grainger berpendapat bahwa ciri-ciri maloklusi tersebut dipandang dari segi kesehatan masyarakat tidak penting. Demikian pula kebiasaan-kebiasaan mulut (oral habits) dan morphologi jaringan lunak dianggap tidak merupakan faktor penyebab intrinsic terjadinya maloklusi.
Cara menilai dan member skor ciri-ciri maloklusi dengan TPI sebagai berikut:
a.       Hubungan gigi insisivus atas bawah dalam arah horizontal.
1)                  Jarak gigit. Cara mengukur sebagai berikut: ukur jarak dari tepi labio-insisal gigi insisivus sentral atas ke permukaan labial gigi insisivus sentral bawah dalam mm. Dengan penggaris yang diletakkan di tengah-tengah kedua gigi insisivus sentral atas. Jika kedua gigi tersebut posisinya tidak sama, jaraknya diambil rata-rata.
2)                  Underjet (mandibular overjet = gigitan terbalik atau gigitan silang anterior).
b.      Hubungan gigi insisivus atas dan bawah dalam arah vertikal.
1.      Tumpang gigit.
2.      Gigitan terbuka.
Yang termasuk kelainan hubungan gigi insisivus atas dan bawah ialah palatal bite, tumpang gigit dalam yang berupa penutupan gigi insisivus atas terhadap gigi insisivus bawah sampai tepi gingival, gigitan silang anterior dan gigitan terbuka.
Setiap kelainan overbite ini diberi skor sesuai dengan tingkatan keparahannya.
3.      Gigi insisivus permanen agenese (congenital missing).
5)                  Ini tidak dapat ditentukan tanpa pengambilan foto Rontgen. Tetapi pada cara penilaian ini, jika pada umur 12 tahun gigi tersebut tidak ada maka jumlah gigi yang tidak ada maka jumlah gigi yang tidak ada tersebut dicatat.
4.      Hubungan antero posterior gigi-gigi segmen bukal.
6)                  Disto-oklusi
7)                  Mesio-oklusi
Kedua hal tersebut dinilai dengan melihat hubungan gigi molar permanen pertama atas dan bawah, dan apabila masih ada gigi molar susu kedua, juga dicatat hubungannya.
Hubungan antero-posterior segmen bukal gigi-gigi permanen dan gigi-gigi bercampur.
Untuk setiap sisi diperiksa derajat penyimpangannya terhadap neutro-oklusi. Jika penyimpangan pada satu sisi, hubungan tonjol gigi molar pertama bawah beroklusi pada lekuk gigi molar pertama atas lebih posterior dari posisi normal (disto-oklusi) ini diberi skor 2.
Bila lebih ke anterior (mesio-oklusi) skor juga 2. Tetapi bila hubungan gigi molar pertama sisi lain tonjol lawan tonjol, skor hanya 1. Skor kedua sisi dijumlahkan, kalau satu sisi diskor mesio-oklusi maka skor dicatat terpisah.
5.      Gigitan silang posterior (posterior cross-bite).
Gigi-gigi yang posisinya di luar hubungan normal dicatat kemudian dijumlah.
8)                  Gigitan silang posterior yang disebabkan oleh gigi atas bukoversi.
9)                  Gigitan silang posterior yang disebabkan oleh gigi atas linguoversi.
6.      Penyimpangan letak gigi (tooth displacement).
10)              Jumlah gigi yang letaknya menyimpang diskor dengan menggunakan metode Van Krik dan Pennel (1959). Gigi-gigi yang malposisi (letaknya menyimpang) ringan atau rotasi berat diskor 2. Selanjutnya skor setiap gigi dijumlah untuk mendapatkan skor total.

2.      Occlusal Index of Summers
            Menggambarkan beberapa sindroma dari indeks grainger yang berdasarkan pada 9 ciri-ciri, yaitu :
1.                  Umur gigi
2.                  Relasi molar
3.                  Tumpang gigit
4.                  Jarak gigit
5.                  Gigitan silang posterior
6.                  Gigitan terbuka posterior
7.                  Penyimpangan letak gigi
8.                  Mid Line Relation
9.                  Tidak adanya gigi insisivus permanen rahang atas
Ø Cara memberi skor/nilai 9 ciri khas maloklusi untuk menentukan OI adalah sebagai berikut :
1.                  Umur gigi (dental age)
Dengan mengklasifikasikan oklusi berdasarkan tingkat perkembangan oklusi, perbedaan umur kronologis, jenis kelamin, dan erupsi dapat diatasi.
a.       Umur gigi 0 mulai pada waktu lahir dan berakhir dengan erupsinya (mahkota klinis sebagian) gigi sulung. Jadi umur gigi ini ditandai dengan erupsinya gigi sulung.
b.      Umur gigi I mulai dengan erupsonya gigi sulung yang pertama dan berakhir bila semua gigi geligi sulung atas dan bawah dalam keadaan oklusi. Ini ditandai dengan perkembangan gigi geligi sulung.
c.       Umur gigi II mulai bila semua gigi geligi sulung dalam keadaan oklusi dan berakhir dengan erupsinya gigi permanen yang pertama. Umur gigi II ini ditandai dengan lengkapnya gigi gelegi sulung.
d.      Umur gigi III mulai dengan erupsinya gigi pertama permanen dan berakhir bila semua gigi insisiv sentral dan lateral permanen serta gigi molar pertama permanen dalam keadaan oklusi. Umur ini ditandai dengan tahap pertama dari gigi geligi bercampur, yang lebih tepat disebut periode gigi geligi bercampur tahap awal (early mixed dentition).
e.       Umur gigi IV mulai bila semua gigi insisiv sentral dan lateral serta gigi molar pertama permanen dalam keadaan oklusi dan berakhir dengan erupsinya gigi caninus permanen atau gigi premolar. Umur gigi ini yang ditandai dengan periode tidur atau istirahat (dormant periode) saat tidak ada gigi permanen satu pun yang erupsi, disebut periode gigi bercampur tahap pertengahan.
f.        Umur gigi V mulai dengan erupsinya gigi kaninus permanen atau premolar dan berakhir apabila semua gigi dalam keadaan oklusi. Umur ini ditandai dengan tahap akhir dari gigi geligi bercampur dan disebut periode gigi geligi bercampur tahap akhir.
g.       Umur gigi VI mulai bila semua gigi kaninus dan gigi premolar dalam oklusi. Umur gigi ini ditandai dengan lengkapnya gigi geligi permanen (gigi molar kedua permanen sudah atau belum erupsi).
2.                  Hubungan molar atau relasi molar (molar relasion).
Pemberian skor/nilai pada hubungan molar atau relasi molar sebagai berikut :
a.       Menentukan cut-off point yaitu pada saat satu tipe relasi molar berakhir dan yang dimulai.
b.      Tidak ada klasifikasi klas I, II, II menurut angle. Tetapi mungkin klasifikasi angle berasal dari pengukuran ini.
c.       Relasi gigi molar sulung kedua dan gigi molar permanen pertama pada kedua sisi rahang diperhatikan.
3.                  Tumpang gigit.
Tumpang gigit diskor sebagai jarak vertical dari tepi insisal gigi insisivus sentral atas ke tepi insisal gigi insisiv sentral bawah bila dalam keadaan oklusi sentris. Tumpang gigit diskor positif bila jarak tersebut 1/3 panjang mahkota klinis gigi insisivus bawah. Tumpang gigit negative (gigitan terbuka) diskor sebagai jarak dari tepi insisal gigi insisiv sentral atas ke tepi insisal gigi insisivus sentral rahang bawah dalam milimeter.
4.                  Jarak gigit
Jarak gigit di skor sebagai jarak horizontal dari permukaan labial gigi insisivus atas permukaan labial gigi insisivus sentral bawah dalam milimeter. Besarnya skor bias positif, nol, negatif.

Skor Occlusal Index of Summers
·                    0 - 2,5 à good occlusion, tidak adanya gangguan atau penyimpangan oklusi.
·                    2,6 – 4,5 à no treatment, ada sedikit sekali gangguan atau penyimpangan oklusi sehingga perawatan tidak dianjurkan.
·                    4,6 – 7 à minor treatment, ada sedikit gangguan atau penyimpangan oklusi dimana dibutuhkan perawatan sederhana (misalnya : space regainer) perawatan dengan alat lepasan.
·                    7,1 – 11 à definite treatment, ada gangguan atau penyimpangan oklusi yang berat.
·                    11,1 – 16 à worst occlusin, ada gangguan atau penyimpangan oklusi yang berat dan merupakan kelainan yang harusmendapatkan prioritas perawatan.


3.      Dental Aesthetic Index (DAI)
Dental Aesthetics Index (DAI), dikembangkan di Amerika Serikat dan diintegrasikan ke dalam Studi Kolaborasi Internasional Oral Health oleh Organisasi Kesehatan Dunia. DAI dapat membantu  untuk menentukan apakah pasien perlu untuk dirujuk ke dokter spesialis, hal ini dapat mengurangi jumlah pasien yang melakukan konsultasi awal ke dokter gigi atau ortodontis (Hamamci, et al., 2009).
            DAI digunakan untuk mengevaluasi komponen estetika dan anatomi maloklusi, tetapi DAI tidak memberikan informasi apapun tentang bagaimana maloklusi mempengaruhi citra diri dan kualitas hidup pasien dari segi fungsi kesejahteraan subjektif dan harian (Paula, 2009).
Dental Aesthetics Index (DAI), yang diadopsi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengevaluasi 10 karakteristik oklusal, yaitu overjet,  negatif overjet, kehilangan gigi, diastema, anterior open bite, crowding anterior, diastema anterior, lebar penyimpangan anterior (mandibula dan maksila) dan hubungan anterior-posterior. DAI memiliki empat tahapan keparahan maloklusi, yaitu skor yang lebih rendah dari atau sama dengan 25 (kebutuhan perawatan tidak ada atau sedikit), skor antara 26 dan 30 (perawatan elektif), skor antara 31 dan 35 (sangat menginginkan perawatan) dan skor lebih besar dari 36  (wajib melakukan perawatan) (Cardoso, et al., 2011).
Dental Aesthetic Index (DAI) adalah suatu indeks ortodonti yang berasaskan definisi standar sosial yang  berguna dalam survey epidemiologi untuk menemukan kebutuhan perawatan ortodonti di kalangan masyarakat dan juga sebagai alat screening untuk mendeterminasikan prioritas subsidi terhadap perawatan ortodonti (Jenny & Cons, 1996).
·     Cara Pengukuran Dental Aesthetics Index (DAI)
Dalam DAI ada 10 komponen yang perlu diukur, yaitu:
1.    Gigi hilang (Insisif, Kaninus, dan Premolar). Rongak pada gigi yang hilang tersebut masih terlihat. Perhitungan dimulai dari premolar kedua kanan sampai premolar kedua kiri. Dalam satu rahang harus ada sepuluh gigi. Gigi hilang dihitung per gigi, misalnya yang hilang satu gigi, diberi skor 1, yang hilang 2 gigi diberi skor 2, dan seterusnya. Jika kurang dari sepuluh harus dicatat sebagai gigi hilang, kecuali jika ruang antar gigi sudah menutup, masih ada gigi sulung, ada gigi hilang yang sudah diganti dengan protesa
2.    Berdesakan pada gigi anterior termasuk gigi yang rotasi dan gigi yang terletak tidak sesuai lengkung (Gambar 1). Bila tidak ada berdesakan maka diberi skor 0; bila pada salah satu rahang ada berdesakan diberi skor 1; bila pada kedua rahang ada berdesakan diberi skor 2
3.    Ruang antar gigi (rongak) pada gigi anterior. Dilihat dari kaninus kanan sampai kaninus kiri. Jika tidak ada ruang antar gigi atau setiap gigi kontak dengan baik diberi skor 0; jika dalam satu rahang ada ruang antar gigi diberi skor 1; jika pada kedua rahang ada ruang antar gigi diberi skor 2
4.    Diastema sentral. Dicatat jika ada diastema sentral pada rahang atas dan diukur dengan ukuran millimeter kemudian dicatat sesuai jarak yang ada (mm). Jika tidak ada diastema sentral diberi skor 0
5.    Ketidakteraturan terparah pada maksila. Diukur pada salah satu gigi yang paling tidak teratur (termasuk rotasi) dengan menggunakan jangka sorong, dengan ukuran millimeter. Jika gigi terletak rapi dan tidak ada berdesakan atau rotasi diberi skor 0;
6.    Ketidakteraturan terparah pada mandibula (Gambar 2). Diukur pada salah satu gigi yang paling tidak teratur (termasuk rotasi) dengan menggunakan jangka sorong, dengan ukuran millimeter. Jika gigi terletak rapi dan tidak ada berdesakan diberi skor 0;
Gambar : Pengukuran ketidakteraturan gigi dengan menggunakan jangka sorong
7.    Jarak gigit anterior pada maksila (Gambar 3). Pengukuran ini dilakukan pada posisi oklusi sentries. Yang dicatat hanya pada bagian yang jarak gigitnya besar (lebih dari normal (> 2mm)). Jika semua gigi insisif bawah hilang dan terdapat gigitan terbalik, tidak perlu dicatat. Bila jarak gigit normal diberi skor 0 (Jarak gigit normal= ±2mm);
Gambar : Jarak gigit anterior pada maksila
8.    Jarak gigit anterior pada mandibula (protrusi mandibula) (Gambar 4). Dicatat jika ada protrusi mandibula yang paling parah, tapi jika ada gigitan terbalik satu gigi karena gigi tersebut rotasi tidak perlu dicatat;
Gambar : Jarak gigit anterior pada mandibula
9.    Gigitan terbuka anterior (Gambar 5). Yang dicatat hanya gigitan terbuka terbesar dalam ukuran millimeter. Jika tidak ada gigitan terbuka diberi skor 0;
Gambar : Gigitan terbuka vertikal anterior
10.            Relasi molar anteroposterior dan deviasi terbesar dari normal baik kanan maupun kiri. Penilaian berdasarkan relasi molar pertama permanen atas dan bawah. Nilai 0 untuk relasi molar yang normal, nilai 1 jika molar pertama bawah kanan atau kiri setengah tonjol distal atau mesial dari molar pertama atas dan nilai 2 jika molar pertama bawah kanan atau kiri satu tonjol penuh atau lebih atau distal dari molar pertama atas (Azman, et al. 2010).
Gambar : Relasi molar anteroposterior (Mulyana, 2010)
Skor DAI diciptakan dari jumlah total sepuluh komponen yang telah dikalikan dengan bobot masing-masing kemudian hasil penilaian ditambahn dengan konstanta (13) (Azman, et al. 2010).

Tabel 1. Koefisien Regresi (Mulyana, 2010)
Hasil skor tiap kasus dikelompokkan sesuai dengan keparahan maloklusinya. Pengelompokan maloklusi berdasarkan skor DAI:
§     <25 maloklusi ringan
§     26-30 maloklusi sedang
§     31-35 maloklusi parah
§     >36 maloklusi yang sangat parah (Azman, et al. 2010).




4. Handicapping malocclusion asessment index (HMA)

Penilaian maloklusi pada metode ini dengan menggunakan HMAR (Handicapping Malocclusion Assesment Record) yaitu suatu lembar isian yang dirancang oleh Salzmann pada tahun 1967 dan digunakan untuk melengkapi cara menentukan priorotas perawatan orthodontik menurut keparahan maloklusi yang dapat dilihat pada besarnya skor yang tercatat pada lembar isian tersebut.
Ciri-ciri maloklusi yang dicatat dan diskor terdaftar dalam HMAR sebagai berikut :
A.  Penyimpangan gigi dalam satu rahang (Intra Arch Deviation) :
a.    Gigi absen (missing)
b.    Gigi berjejal (crowded)
c.    Gigi rotasi (rotation)
d.   Gigi renggang (spacing)
Skor untuk setiap gigi anterior rahang atas (4 gigi insisivus) yang terkena = 2. Skor untuk setiap gigi posterior dan setiap gigi anterior dan posterior rahang bawah = 1.
B.   Kelainan hubungan gigi kedua rahang dalam keadaan oklusi (Inter Arch deviation) :
1.    Segmen Anterior
a.    Jarak gigit (over jet)
b.    Tumpang gigit (over bite)
c.    Gigitang silang (cross bite)
d.   Gigitang terbuka (open bite)
2.    Segmen posterior
a.    Kelainan antero-posterior
Penilaian dapat dilakukan pada model gigi atau di dalam mulut. Di samping pengisian HMAR juga dilakukan pada lembat SOAR (Suplementary Oral Assesmment Record). Jika penilaian dilakukan dalam mulut, sebelum mencatat ciri-ciri maloklusi yang ada pada SOAR, HMAR dilengkapi terlebih dahulu.
Untuk mengetahui seberapa besar keinginan seseorang untuk dirawat (treatment diserability), dicatat pula kebutuhan perawatan, keinginan untuk dirawat, dan tidak adanya permintaan untuk dirawat. Hal ini semua ditanyakan pada pasien, orang tua dan guru.
Keuntungan HMA ialah mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi dan peka terhadap semua tingkatan maloklusi. Untuk penilaian maloklusi tidak memerlukan alat khusus. Kalau dibandingkan dengan indeks yang lain penilaian subjektif tidak begitu kritis karena hanya mencatat perbedaan “full cusp”. Kalau ada error tidak serius sebab sistem penilaiannya hanya di bagian anterior dan lebih kearah penilaian estetik. Keuntungan lain ialah adanya penilaian renggang dan absensi gigi posterior yang dicatat, sedang pada lain-lain metode hal tersebut diabaikan. Keuntungan terbesar adalah bahwa sekali metode tersebut dipelajari dengan baik, tidak diperlukan catatan lain dan skor keparahan maloklusi dapat dikalkulasi dengan cepat. Jadi cara penilaian maloklusi dengan HMAR lebih menyerupai penilaian status kesehatan dengan indeks DMF.
Kerugian metode ini hanya sedikit. Terutama ialah bahwa cara ini memerlukan latihan untuk memberi pelajaran kepada para petugas pelayanan kesehatan gigi agar memahami bagaimana menggunakan HMAR tersebut. Tetapi sekali mereka mempelajari dan memahami, kemungkinan membuat kesalahan tidak sebanyak metode-metode yang lain dan setiap orang yang telah mempelajari cara ini menjadi berpengalaman dalam melihat oklusi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan HMAR untuk menilai maloklusi pada gigi geligi bercampur ialah :
a.    Penilaian absen gigi molar kedua susu, bila tidak ada penyempitan ruang sebaiknya tidak diberi skor.
b.    Renggang antara gigi insisivus lateral dan kaninus atau yang disertai renggang antara gigi kaninus dan premolar tidak dinilai sebagai renggang terbuka anterior.
c.    Penilaian overbite termasuk bila seluruh mahkota gigi insisivus bawah tertutup oleh gigi insisivus atas pada keadaan oklusi.
d.   Bila posisi gigi premolar dan kaninus normal, tetapi belum erupsi penuh, sebaiknya tidak dinilai sebagai gigitan terbuka posterior.
Cara penilaian :
a.    Penyimpangan gigi dalam satu rahang  (Intra arch deviation)
1). Segmen Anterior
Setiap gigi anterior rahang atas yang terlibat diberi skor 2, dan setiap gigi anterior rahang bawah diberi skor 1.
a). Gigi absen
Gigi yang tidak terdapat dalam mulut, termasuk jika tinggal akar (radix)
b). Gigi berjejal (crowded)
Gigi yang berjejal karena kurang tempat sehingga untuk mengatur perlu menggeser gigi lain yang ada dalam rahang. Gigi yang sudah dinilai rotasi tidak boleh dinilai berjejal.
c). Gigi rotasi (rotation)
Gigi yang letaknya berputar tetapi cukup tempat untuk mengaturnya dalam lengkung rahang. Gigi yang sudah diberi skor rotasi tidak boleh diberi skor berjejal atau renggang
d). Gigi renggang (spacing), yaitu :
(1). Renggang terbuka (open spacing), yaitu celah yang terdapat diantara gigi sehingga terlihat papil interdental. Pemberian skor adalah jumlah papila yang nampak, bukan giginya.
(2). Renggang tertutup (closed spacing), yaitu penutupan ruang sebagian sehingga tidak memungkinkan gigi untuk erupsi penuh tanpa menggeser gigi lainnya dalam lengkung rahang yang sama, yang diberi skor adalah giginya.
2). Segmen posterior
Setiap gigi yang terlibat diberi skor 1.
a). Absen: cara penilaian seperti segmen anterior. Dicatat jumlah gigi yang tidak ada dalam rongga mulut, termasuk radiks.
b). Berjejal: penilaian seperti pada segmen anterior.
c). Rotasi: penilaian seperti pada segmen anterior.
d). Renggang yaitu :
(1). Renggang terbuka, yaitu celah interproksimal yang menampakan papila disebelah mesial dan distal sebuah gigi.
(2). Renggang tertutup: penilaian seperti pada segmen anterior.
b.   Kelainan hubungan gigi kedua rahang dalam keadaan oklusi (inter arch deviation)
  Penilaian dilakukan dengan cara menengadahkan kepala kebelakang sejauh mungkin dan mulut terbuka lebar untuk mendapat oklusi terminal. Lidah digerakkan keatas dan ke belakang mengenai palatum dan dengan cepat gigi-gigi dioklusikan sebelum kepala tertunduk kembali. Untuk melihat dengan jelas oklusi gigi dalam mulut digunakan kaca mulut.
1)   Segmen Anterior
Untuk setiap gigi rahang atas yang terlibat diberi skor 2
a). Jarak gigit, penilaian jarak gigit ialah bila gigi insisivus atas labioversi sehingga gigi insisivus bawah pada waktu oklusi mengenai mukosa palatum. Apabila gigi insisivus atas tidal labioversi maka kelainan itu hanya diskor sebagai kelainan tumpang gigit.
b). Tumpang gigit, penilaian tumpang gigit ialah apabila pada waktu oklusi, gigi insisivus atas mengenai mukosa gingiva gigi insisivus bawah, sedang gigi bawah tersebut mengenai mukosa palatum. Jika insisivus atas labioversi maka kelainan tumpang gigit juga jarak gigit.
c). Gigitan silang, yaitu apabila gigi insisivus atas pada waktu oklusi disebelah lingual gigi insisivus bawah.
d). Gigitan terbuka, yaitu apabila waktu oklusi gigi depan atas dan bawah tidak berkontak.
2). Segmen posterior
Untuk setiap gigi yang terlibat diberi skor 1.
a). Kelainan anteroposterior, yaitu kelainan oklusi dimana pada waktu oklusi gigi kaninus, premolar pertama dan premolar kedua serta gigi molar pertama bawah berada disebelah distal atau mesial gigi antagonisnya. Kelainan tersebut diskor bila terdapat satu tonjol atau lebih dari gigi molar, premolar dan kaninus beroklusi di daerah interproksimal lebih ke mesial atau ke distal dari posisi normal.
b). Gigitan silang, yaitu bila pada waktu oklusi terdapat gigi pada segmen bukal yang posisinya lebih ke lingual atau bukal diluar kontak oklusi terhadap gigi antagonisnya.
c). Gigitan terbuka, yaitu bila pada waktu oklusi terdapat celah antara gigi posterior atas dan bawah. Hubungan tonjol lawan tonjol tidak termasuk gigitan terbuka.
Setiap ciri maloklusi yang berupa kelainan dentofasial diberi skor 8. Ciri-ciri tersebut yaitu: celah bibir dan celah mulut, bibir bawah terletak di palatal gigi insisivus atas, gangguan oklusal (oklusal interference), gangguan fungsi rahang (functional jaw limitation), asimetri muka/wajah, gangguan bicara (speech impairment).
Indikator kebutuhan perawatan berdasarkan kriteria tingkat keparahan maloklusi menunjukan keparaham maloklusi berkisar antara :
a. Skor 0 – 4 : variasi oklusi normal
b.  Skor 5 – 9 : maloklusi ringan, tidak perlu perawatan
c.  Skor 10-14 : maloklusi ringan, kasus tertentu memerlukan perawatan
d. Skor 15 – 19 : maloklusi berat, memerlukan perawatan
e. Skor = 20 : maloklusi berat, sangat memerlukan perawatan
3.   Handicapping Labio-lingual Deviation Indeks (HLD Indeks)
HLD Indeks disusun oleh para Draker pada tahun 1960, dengan maksud untuk diajukan sebagai cara penilaian yang obyektif bagi epidemiologi maloklusi.
Ciri-ciri maloklusi yang dinilai pada metode ini ialah meliputi 9 macam cirri maloklusi dimana 2 diantaranya merupakan ciri khas yang dapat menentukan adanya cacat muka (phisical handicap). Macam ciri maloklusi yang dinilai dan cara member skor sebagai berikut:
Macam ciri maloklusi                                                                     Skor HLD
1.      Celah langit (“cleft palate”)                                skor 15                        ………………
2.      Penyimpangan traumatik yang berat                   skor 15                        ………………
3.      Jarak gigit (dalam mm)                                                  ………………
4.      Tumpang gigit (dalam mm)                                                        ………………
5.      Protusi mandibula                                             x 5                   ………………
6.      Gigitan terbuka (dalam mm)                              x 4                   ………………
7.      Erupsi ectopic, hanya gigi depan, tiap gigi          x3                    ………………
8.      Gigi berjejal anterior: Maksila, Mandibula,
      tiap rahang                          skor 5              ………………
9.      Penyimpangan Labio-lingual (dsalam mm)                                 ………………
Jumlah              ………………

Menurut draker (1960), skor 13 atau lebih sudah termasuk phisical handicap. Draker menyatakan bahwa metode ini sederhana, obyektif dan reproducible, penilaian maloklusi dapat dilakukan langsung pada subyek yang diteliti atau pada model gigi tanpa menggunakan alat khusus, dan dapat dipakai untuk menentukan cut off point bagi program kesehatan yang telah ditentukan, sehingga dapat disesuaikan dengan perubahan dana yang tersedia tanpa mengesampingkan objektivitas penelitian.
Apabila indeks ini diterapkan dengan sempurna, secara epidemiologi akan dapat memisahkan kelainan handicapping labio-lingual deviation dari sampel yang diteliti. Dengan demikian akan memudahkan tim pelayanan kesehatan gigi dalam melaksanakan programnya.
Menurut Draker handicapping malocclusion adalah satu-satunya faktor yang sangat menarik bagi kesehatan masyarakat. Definisi yang spesifik dan tepat bagi handicapping malocclusion sukar ditentukan sebab ada sejumlah kemungkinan variasi yang tidak terbatas dari maloklusi terutama variasi individual tentang handicap.
Untuk menilai handicapping malocclusion dibutuhkan suatu alat penilai semacam indeks yang dapat menunjukkan ada atau tidak adanya handicap dan untuk mengukur keparahannya. Jadi bukan suatu pengetahuan spesialisasi.
Presentase yang tinggi dari orang-orang yang menderita maloklusi, yang menurut ahli Orthodonti memerlukan perawatan, ternyata kasusnya tidak merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat. Sebaliknya panilaian maloklusi oleh ahli Kesehatan Masyarakat. Sebaliknya penilaian oleh ahli Kesehatan Masyarakat (petugas lapangan) tidak perlu memuaskan bagi dokter gigi ahli Orthodontia tau dokter gigi yang bekerja di klinik (petugas klinik).
Handicap ialah suatu keadaan yang dapat diamati. Jadi indeks untuk menilai handicap semacam DLD indeks sebaiknya berdasarkan pada penggunaan oleh dokter gigi Kesehatan Masyarakat bukan oleh spesialis Orthodonti.
5.      Metode Penialaian menurut FDI
Untuk mengukur atau menialai ciri-ciri maloklusi, pada tahun 1959 sebuah komisi yang menangani klasifikasi dan statistik kondisi mulut dari FDI (FDI Commission on Classification and Statistic for Oral Condition = COCSTOC) telah mengusulkan “Method of measuring Occlusal Traits” yang telah diterima secara resmi oleh FDI pada Mexico City tahun 1972.
Pengukuran menrut metode ini terbatas pada penilaian tertentu in situ dari gigi-gigi itu sendiri, hubungan antara gigi-gigi dalam satu rahang (intra-arch), dan hubungan gigi-gigi dalam kedua rahang (inter-arch). Tidak ada penilaian umum tentang jaringan lunak (misalnya profil jaringan lunak) sebab penilaian semacam itu sangat subyektif.
System pengukuran ini merupakan langkah pertama yang pasti kearah metode komprehensif untuk mendapatkan informasi kombinasi sifat-sifat atau cirri-ciri yang mempengaruhi penampilan wajah seseorang. Jika data yang diperoleh cukup, diharapkan dapat menentukan “cut-off point” bagi sifat-sifat individu yang bisa membedakan orang-orang yang membutuhkan perawatan dan yang tidak.
6.      Malalignment Index (Mal I)
Indeks ini diajukan oleh van kirk dan Pannell tahun 1959. Ciri maloklusi yang dinilai adalah letak gigi yang tidak teratur (Malalignment teeth). Kriteria penilaian dengan skor berikut :
Skor 0 = ideal alignment = letak gigi teratur dalam deretan normal
Skor 1 = Minor malalignment = letak gigi tak teratur ringan.
Ini ada 2 tipe yaitu :
(1) Rotasi <45 derajat
(2) Penyimpangan (displacement)< 1,5mm
Skor 2 = Major Malalignment = letak gigi tak teratur berat
Ini juga ada 2tipe yaitu :
(1) Rotasi >45 derajat
(2) Penyimpangan >1,5 mm
Pada penilaian ini gigi geligi dibagi menjadi 6 segmen yaitu : segmen depan atas, kanan atas, kiri atas, depan bawah, kanan bawah dan kiri bawah.
Skor tiap segmen didapat dengan menjumlahkan skor tiap gigi, dan skor Mal I tiap individu didapat dengan menjumlahkan skor tiap segmen. Jadi untuk 32 gigi skor Mal I berkisar antara 0-64. Tetapi dalam praktek hanya sedikit individu yang skornya 0 dan di atas 18.
Alat ukur yang dipakai adalah penggaris plastik kecil dengan ukuran 1x4 inci, ujung penggaris miring 45 derajat dan di atas ujung lain diberi garis mendatar dan tegak pada jarak 1,5mm dari tepi penggaris.
Penilaian dapat dilakukan di model gigi atau langsung pada mulut. Metode ini sederhana, objektif dan praktis untuk program lapangan sangat cocok. Indeks ini tidak hanya menilai kuantitas maloklusi tetapi juga dapat untuk mengelompokkan tingkat keparahan maloklusi dalam masyarakat.
Metode ini berbeda dengan pemeriksaan klinik secara rutin yang dilakukan oleh ahli Orthodontia atau dokter gigi umum lainnya. Metode penilaian tersebut tidak memerlukan kursi gigi dan alat pemeriksaan gigi yang lain seperti sonde, pinset atau lampu penerang. Cukup kaca mulut, alat penggaris plastik kecil dan penerangan alam.
Van Kirk dan Pennell memilih penilaian maloklusi berdasarkan ketidakteraturan letak gigi karena seringnya ciri maloklusi ini terjadi dan ciri erat hubungannya dengan ciri-ciri maloklusi yang lain.
7.      Metode Survei Dasar dari WHO
Karena banyak kesukaran-kesukaran yang dihadapi dalam menentukan kelainan handicap, dank arena tidak adanya standar untuk menilai anomaly dentofasial yang bisa diterima, maka pada tahun 1971 WHO revision Committee memberi rekomendasi, bahwa  untuk survei dasar hanya anomaly dentifasial yang berat yang dikembangkan yaitu:
a.       Anomaly yang menyebabkan cacat muka (facial disfigurement).
b.      Anomaly yang menyebabkan gangguan berat pada fungsi pengunyahan atau pernafasan.
Selain itu keadaan-keadaan yang dianggap sebagai penyebab anomaly juga dicatat yaitu:
a.       Mesio-oklusi yang berat
b.      Disto-oklusi yang berat
c.       Celah bibir atau celah langit-langit
d.      Lain-lain anomaly termasuk gigitan terbuka, tumpang gigit dalam, gigi sangat berjejal dan sebagainya. Jika ini ada maka sebaiknya dirinci secara lengkap.
Definisi sederhana dari ciri-ciri maloklusi di bawah ini menjelaskan macam-macam keadaan yang dapat mempengaruhi anomaly dentofasial, tetapi hanya manifestasi yang berat yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan bentuk yang perlu dicatat sebagai anomaly dentofasial.
Mesio-oklusi ialah bila gigi molar permanen pertama bawah dan gigi caninus permanen bawah beroklusi lebih kemesial daripada kedudukannya dalam neutro-oklusi. Hal ini bisa unilateral atau bilateral.
Disto-oklusi ialah bila gigi molar permanen pertama bawah dan gigi caninus permanen bawah berada lebih ke distal dari posisinya dalam neutro-oklusi. Ini juga bisa unilateral atau bilateral.
Penialaian pada gigi geligi susu dilakukan dengan mengamati kedudukan caninus sulung dan gigi molar sulung kedua.
Cara melaporkan data sebagai berikut: persentase orang-orang dengan anomali dentofasial dilaporkan menurut kelompok umur yaitu kelompok umur 2-12 tahun dan kelompok umur 15-19 tahun. Distribusi menurut besarnya penyebab yang mempengaruhi juga harus dilaporkan untuk kelompok umur yang sama.
8.      Occlusion Feature Index (OFI)
Index ini telah dikembangkan oleh “National Institute of Dental Research” pada tahun 1957 dan telah diterapkan dan dievaluasi oleh Poulton dan Aaronson (1960) dalam penelitiannya. Ciri-ciri maloklusi yang dinilai dengan metode ini ialah: letak gigi berjejal, kelainan interdigitasi tonjol gigi posterior, tumpang gigit, jarak gigi. kriteria penilaian dengan memberi skor sebagai berikut:
OFI(1) Gigi berjejal depan bawah
0 = susunan letak gigi rapi
1 = letak gigi berjejal sama dengan ½ lebar gigi insisivus atau kanan bawah
2 = letak gigi berjejal sama dengan lebar gigi insisivus satu kanan bawah
3 = letak gigi berjejal lebih besar dari lebar gigi insisivus atau kanan bawah
OFI(2) Interdigitasi tonjol gigi dilihat pada region gigi premolar dan molar sebelah kanan dari arah bukal, dalam keadaan oklusi.
0 = hubungan tonjol lawan lekuk
1 = hubungan antara tonjol dan lekuk
2 = hubungan antara tonjol lawan lekuk
OFI(3) Tumpang gigit, ukuran panjang bagian insisal gigi insisivus bawah yang tertutup gigi insissivus atas pada keadaan oklusi.
0 = 1/3 bagian insisal gigi insisivus bawah
1 = 2/3 bagian insisal gigi insisivus bawah
2 = 1/3 bagian gingival gigi insisivus bawah
OFI(4) Jarak gigit, jarak dari tepi labio-insisal gigi insisivus atas ke permukaan labial gigi insisivus bawah pada keadaa oklusi.
0 = 0 - 1,5 mm
1 = 1,5 - 3 mm
2 = 3 mm atau lebih
Skor total didapat dengan menjumlahkan skor keempat macam ciri utama maloklusi tersebut diatas. Skor OFI setiap individu berkisar antara 0-9. (OFI (1) = 3, OFI (2,3 dan 4) masing-masing =2).
Penilaian dapat dilakukan pada model gigi atau langsung dalam mulut. Waktu yang diperlukan untuk menilai hanya kurang lebih 1-1 ½ menit bagi setiap individu.
Keuntungan metode ini ialah sederhana dan objektif serta tidak memerlukan peralatan diagnostik yang rumit seperti model gnathostatik dan sefalometri. Selain itu apabila peneliti telah terlatih hanya memerlukan waktu penilaian yang singkat.
Kerugiannya ialah dalam menilai interdigitasi tonjol hanya dengan memeriksa hubungan gigi posterior atas dan bawah sebelah kanan saja. Sebelah kiri tidak dinilai. Selain itu penilaian gigi berjejal depan bawah memerlukan latihan terlebih dulu karena untuk menentukan besarnya skor membutuhkan waktu untuk mengukur lebar mesio-distal gigi-gigi anterior bawah dan mengukur panjang lengkung gigi depan bawah. Jadi metode ini kurang praktis.
Poultan dan Aaronson (1960) telah mengevaluasi metode ini dan dari hasil peneliatannya terbukti bahwa penelitian keparahan maloklusi oleh ahli Orthodonti secara subjektif dan penelitian oleh dokter ahli Kesehatan Masyaratak memakai OFI hasilnya sangat mendekati (hamper sama). Kriteria penilaian maloklusi oleh ahli orthodonti sebagai berikut:
0 – 1    = maloklusi ringan sekali (slight) = tidak memerlukan perawatan Orthodonti
1 – 3    = maloklusi ringan (mild) = ada sedikit variasi dari oklusi ideal yang tidak perlu dirawat
4 – 5    = malkolusi sedang (moderate) = indikasi perawatan Orthodonti
6 – 9    = maloklusi berat/parah (severe) = sangat memerlukan perawatan Orthodonti
Penilaian ini yang berdasarkan atas “perlunya perawatan”, tidak dapat diterapkan pada kelompok populasi yang lebih besar, tetapi meskipun demikian ternyata erat hubungannya dengan skor OFI.

9. IOTN(Index of Orthodontic Treatment Need) terdapat dua komponen yaitu:
a. Dental Health Component (DHC)
b. Aesthetic Component (AC)
DHC dari IOTN memiliki lima kategori yang tersusun dari 1 (tidak memerlukan perawatan) sampai 5 (sangat memerlukan perawatan) yang dapat diaplikasikan secara klinis atau pada studi kasus pasien. Pada pasien grade 5 termasuk pasien dengan cleft lip dan cleft palate, beberapa gigi yang hilang atau maloklusi destruktif, dan juga termasuk didalamnya beberapa gigi yang terjadi perpindahan tempat.
Dental Health Component menggunakan aturan yang simpel serta menggunakan istilah MOCDO untuk membimbing peneliti dalam meneliti maloklusi. MOCDO mewakili Missing Teeth atau kehilangan gigi, Overjet, Crossbite, Displacement of Contact Points atau perpindahan titik kontak, dan Overbite. Pada pasien dengan gigi insisivus yang impaksi dikategorikan menjadi grade 5. Pada pasien dimana tidak memiliki anomali jumlah gigi atau posisi, maka aturan dapat digunakan untuk mengukur overjet. Pada kasus overjet 6 sampai 9 milimeter akan dikategorikan dalam grade 4.
Aesthetic Component (AC) dari IOTN terdiri dari 10 jenis foto berwarna yang disusun berdasarkan tingkat foto dengan susunan gigi yang paling baik sampai susunan gigi yang paling buruk. Grade 1 merupakan foto dengan susunan gigi yang paling baik dan grade 10 merupakan tingkat susunan gigi yang paling buruk.

Gambar : Estetik komponen dari IOTN
Keterangan gambar :
1. Grade 1 – 4 = tidak membutuhkan perawatan
2. Grade 5 – 7 = membutuhkan perawatan
3. Grade 8 – 10 = sangat membutuhkan perawatan

10.  The Peer Assesment Rating Index ( PAR INDEX)

The Peer Assesment Rating Index ( Par Index) dikembangkan oleh Richmond Dkk (1992). Digunakan untun membandingkan maloklusi sebelum dan sesudah perawatan dalam melakukan evaluasi standart kualitas hasil perawatan. Indeks PAR menguji reliabilitas.
Cara pengukuran dilakukan dengan dua cara, yaitu menghitung pengurangan bobot indeks PAR sebelum dan sesudah perawatan dan menghitung persentase pengurangan bobot indeks PAR sebelum dan sesudah perawatan. Penilaian antara kasus sebelum dan sesudah perawatan menggunakan Indeks PAR memiliki komponen, masing-masing komponen memiliki beberapa skor yang dinilai dengan kriteria tertentu berdasarkan keparahannya.
Dari 11 komponen tabel 1, beberapa komponen individual tidak dimasukkan dalam bobot indeks PAR karena tidak memiliki nilai yang bermakna dalam memprediksi keberhasilan perawatan ortodonti. Segmen bukal (berjarak, berjejal dan impaksi) merupakan salah satu komponen yang dikeluarkan dari bobot indeks PAR.  Salah satu alasan yang mungkin dijelaskan adalah titik kontak antara gigi bukal sangat bervariasi. Jika perubahan letak (displacement) gigi parah, akan menghasilkan oklusi crossbite dan skornya dicatat pada oklusi bukal kanan atau kiri (tidak lagi pada penilaian titik kontak). Adanya premolar impaksi juga tidak  dimasukkan dalam bobot indeks PAR. Selain karena prevalensinya sangat sedikit, pencabutan premolar juga  sering dilakukan pada kasus yang membutuhkan ruang sehingga tidak memberikan pengaruh dalam menilai keberhasilan perawatan

Tabel 1 : Komponen-komponen Indeks PAR
No.
Komponen
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11
Segmen bukal rahang atas kanan
Segmen anterior rahang atas
Segmen bukal rahang atas kiri
Segmen bukal rahang bawah kanan
Segmen anterior rahang bawah
Segmen bukal rahang bawah kiri
Oklusi bukal kanan
Overjet
Overbite
Garis median
Oklusi bukal kiri

Dari 11 komponen pada tabel diatas, terdapat 5 komponen utama dalam pemeriksaannya, masing-masing komponen tersebut dinilai dan diberi bobot  bedasarkan besaran yang telah ditentukan. Setiap skor komponen diakumulasikan dan dikalikan bobotnya masing-masing, sehingga menghasilkan jumlah skor akhir dari 5 komponen utama yang digunakan.  Lima komponen utama yang diperiksa beserta bobotnya adalah :
1.      Penilaian skor segmen anterior, bobotnya 1 (Tabel 2)
Penilaian skor segmen anterior. Pengukuran pergeseran titik kontak dimuali dari mesial gigi kaninus kiri ke titik kontak mesial gigi kaninus kanan. Penilaian skor pada kasus ini yaitu mengukur gigi berjejal (crowded), berjarak (spacing), dan impaksi gigi (impacted teeth). Gigi kaninus yang impaksi dicatat pada segmen anterior rahang atas dan rahang bawah
Penilaian skor segmen anterior.
Penilaian titik kontak antar gigi pada bagian proksimal gigi
anterior rahang atas dan  juga rahang bawah
2.      Penilaian skor oklusi bukal, bobotnya 1 ( Tabel 3)
Penilaian skor oklusi bukal. Penilaian skor ini dicatat dalam keadaan oklusi gigi posterior di sisi kiri dan kanan mulai dari gigi kaninus ke molar terakhir dengan cara melihat dalam tiga arah yaitu anterioroposterior, vartikal dan transversal.

Tabel 2 : Penilaian Skor Pergeseran Titik Kontak
Skor
Kelainan
0.
1.
2.
3.
4.
5.
0-1 mm
1,1-2 mm
2,1-4 mm
4,1-8mm
>8 mm
Gigi impaksi

Tabel 3 : Penilaian Skor Oklusi Bukal
No.
Skor
Komponen
1.

0
1
2
Antero-Posterior
Interdigitasi baik kelas I,II,III
Kelainan kurang dari setengah unit
Kelainan pada setengah unit (cusp to cusp)
2.

0
1
Vertikal
Tidak ada kelainan
Gigitan terbuka sedikitnya pada dua gigi, dengan jarak > 2 mm
3.

0
1
2
3
4
Transversal
Tidak ada crossbite
Kecenderungan crossbite
Crossbite pada salah satu gigi
Crossbite lebih dari satu gigi
Lebih dari satu gigi scissor bite
3.      Penilaian skor overjet, bobotnya 6 (Tabel 4)
Penilaian skor ini untuk semua gigi insisivus Penilaian dilakukan dengan menempatkan penggaris indeks PAR sejajar dataran oklusal dan radial dengan lengkung gigi (Gambar 3). Jika terdapat dua insisivus yang crossbite dan memiliki overjet 4 mm, skornya adalah 3 (untuk crossbite) ditambah 1 (untuk overjet 4 mm), sehingga total skornya adalah 4. Tabel penilaian skor overjet dapat dilihat pada tabel 4

Tabel 4 : Penilaian Skor Overjet
No.
Skor
Komponen
1.

0
1
2
3
4
Overjet
0-3 mm
3,1-5mm
5,1-7mm
7,1-9mm
>9 mm
2.

0
1
2
3
4
Cossbite Anterior
Tidak ada kelainan
Satu atau lebih gigi edge to edge
Crossbite pada salah satu gigi
Crossbite lebih dari satu gigi
Crossbite lebih dari dua gigi

4.      Penilaian skor overbite, bobotnya 2 (Tabel 5)
Penilaian skor ini untuk semua gigi insisivus yang dinilai dari jarak tumpang tindih dalam arah vertikal gigi insisivus atas terhadap panjang mahkota klinis gigi insisivus bawah dan dinilai berdasarkan besarnya gigitan terbuka. Skor yang dicatat adalah nilai overbite yang terbesar diantara gigi insisivus
Tabel 5 : Penilaian Skor Overbite
No.
Skor
Komponen
1.

0
1
2
3
4
Gigitan Terbuka
Tidak ada gigitan terbuka
Gigitan terbuka kurang dari atu sama dengan 1 mm
Gigitan terbuka 1,1-2mm
Gigitan terbuka 2,1-3mm
Gigitan terbuka sama dengan atau lebih dari 4mm
2.

0

1

2

3

Overbite
Besarnya penutupan kurang dari atau sama dengan 1/3 tinggi mahkota gigi insisivus bawah
Besarnya penutupan lebih dari 1/3, tetapi kurang dari 2/3 tinggi mahkota gigi insisivus bawah
Besarnya penutupan lebih dari 2/3 tinggi mahkota gigi insisivus bawah
Besarnya penutupan sama dengan atau lebih tinggi mahkota gigi insisivus bawah

5.      Penilaian skor garis median, bobotnya 4 (Tabel 6)
Penilaian skor ini dinilai dari hubungan garis tengah lengkung gigi atas terhadap lengkung gigi bawah. Garis tengah lengkung gigi diwakili oleh garis pertemuan kedua gigi insisivus pertama atas terhadap garis pertemuan kedua gigi insisivus bawah. Jika gigi insisivus bawah sudah dicabut penilain skor garis median tidak dicatat.
Tabel 6. Penilaian Skor Garis Media
Skor
Komponen
0
1
2
Tidak ada pergeseran garis median – ¼ lebar gigi insisivus bawah
Lebih dari ¼ - ½ lebar gigi insisivus bawah
Lebih dari setengah lebar gigi insisivus bawah

Penilaian Keparahan Maloklusi
Melalui indeks PAR, keparahan maloklusi diukur berdasarkan jumlah skor akhir yang ditentukan berdasarkan kriteria dibawah ini :
1. Skor 0 kriteria oklusi ideal
2. Skor 1-16 kriteria maloklusi ringan
3. Skor 17-32 kriteria maloklusi sedang
4. Skor 33-48 kriteria maloklusi parah
5.Skor >48 kriteria maloklusi sangat parah

11.  Index of  C0mplexity Ootcome and Need (ICON)
Index of Complexity, Outcome and Need (ICON) terdiri dari 5 komponen, yang masing- masing memiliki bobot yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. Komponen pertama diadaptasi dari komponen estetik IOTN. Komponen lainnya termasuk berdesakan/diastema rahang atas, crossbite, openbite/overbite anterior, dan relasi anteroposterior segmen bukal. Masing- masing komponen dapat dilihat dari model studi dan model progres. Skor ICON mencerminkan tingkat dari kebutuhan, kekomplekan dan derajat perubahan sebagai hasil dari perawatan.


About