Kamis, 24 Oktober 2013

MALOKLUSI

 PENGERTIAN MALOKLUSI
Maloklusi adalah suatu kondisi yang menyimpang dari relasi normal  gigi terhadap gigi lainnya dalam satu  lengkung  dan terhadap gigi pada lengkung rahang lawannya. Maloklusi  merupakan keadaan yang tidak menguntungkan dan meliputi ketidakteraturan lokal  dari  gigi geligi seperti  gigi  berjejal, protrusif, malposisi  atau hubungan yang tidak harmonis dengan gigi lawannya (Zenab, 2010).
Maloklusi adalah  Keadaan gigi yang tidak harmonis secara  estetik mempengaruhi penampilan seseorang  dan mengganggu keseimbangan fungsi baik fungsi pengunyahan maupun bicara. Maloklusi  umumnya  bukan merupakan proses patologis  tetapi  proses penyimpangan dari perkembangan normal (Proffit & Fields, 2007).
Maloklusi adalah akibat dari malrealasi antara pertumbuhan dan posisi serta ukuran gigi. Maloklusi diklasifikasikan menurut relasi molar pertama (I,II dan III), atau sebagai relasi normal, pranormal, dan pasca normal. Maloklusi juga bisa dibagi menjadi maloklusi primer yang timbul pada gigi-geligi yang sedang berkembang dan maloklusi sekunder yang timbul pada orang dewasa akibat tanggalnya gigi dan pergeraka gigi tetangga (Thomson, 2007).
Maloklusi merupakan oklusi abnormal yang ditandai  dengan tidak  harmonisnya  hubungan antar lengkung di setiap bidang spasial atau  anomali abnormal dalam posisi gigi. Maloklusi menunjukkan  kondisi oklusi  intercuspal dalam pertumbuhan gigi yang tidak reguler. Penentuan maloklusi dapat didasarkan pada kunci oklusi normal. Angle membuat pernyataan key of occlusion  artinya molar pertama merupakan kunci oklusi.
Menurut Angle yang dikutip oleh Dewanto, oklusi normal sebagai hubungan dari bidang-bidang inklinasi tonjol gigi pada saat kedua rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan tertutup, disertai kontak proksimal dan posisi aksial semua gigi yang benar, dan keadaan pertumbuhan, perkembangan posisi dan relasi antara berbagai macam jaringan penyangga gigi yang normal pula.6
Menurut Andrew yang dikutip oleh Bisara, terdapat enam  kunci oklusi normal, sebagai berikut: 9
1.                        Relasi molar menujukkan tonjol mesiobukal molar pertama
               rahang atas beroklusi dalam celah antara mesial dan sentral
               dari molar pertama rahang bawah.
2.                     Angulasi mahkota yang benar.
3.                     Inklinasi mahkota menjamin dari keseimbangan maloklusi.
4.                     Inklinasi mahkota menjamin dari keseimbangan oklusi.
5.                     Tidak ada rotasi gigi.
6.                     Tidak ada celah diantara gigi geligi.
7.                     Adanya curve of  spee yang datar terhadap dataran oklusal.

Oleh karena itu, jika berbagai ketentuan oklusi normal di atas tidak sesuai, maka akan tergolong kasus maloklusi. Menurut Graber yang dikutip oleh Dewanto maloklusi merupakan penyakit gigi terbesar kedua setelah karies gigi. Gambaran maloklusi pada remaja di Indonesia  masih sangat tinggi, mulai dari tahun 1983 adalah 90% sampai tahun 2006 adalah 89%, sementara perilaku kesehatan gigi pada remaja khususnya  tentang  maloklusi masih  belum cukup baik dan pelayanan kesehatan gigi belum optimal.

PENYEBAB MALOKLUSI

Menurut Moyers yang dikutip oleh Suminy, maloklusi dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
1.   Faktor keturunan, seperti sistem  neuromuskuler, tulang, gigi dan bagian lain di luar otot dan saraf.
2.   Gangguan pertumbuhan.
3.   Trauma, yaitu  trauma sebelum lahir dan trauma saat dilahirkan serta trauma setelah dilahirkan.
4.   Keadaan fisik, seperti prematur ekstraksi.
5.   Kebiasaan buruk seperti menghisap jari yang dapat menyebabkan insisivus rahang atas lebih ke labial sedangkan insisivus rahang bawah ke lingual, menjulurkan lidah, menggigit kuku, menghisap dan menggigit bibir.
6.   Penyakit yang terdiri dari penyakit sistemik, kelainan endokrin, penyakit lokal (gangguan saluran pernapasan, penyakit gusi, jaringan penyangga gigi, tumor, dan gigi berlubang).
7.   Malnutrisi.
Maloklusi merupakan kelainan perkembangan dimana kebanyakan disebabkan oleh proses patologis, yang penyebab utamanya yaitu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Meskipun sulit mengetahui penyebab maloklusi tetapi beberapa peneliti telah meneliti tentang faktor-faktor penyebab terjadinya maloklusi. Peneliti telah membagi factor penyebab terjadinya maloklusi yaitu factor yang spesifik, pengaruh genetika, dan pengaruh lingkungan.
1.                  Faktor spesifik
Terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan embriologi banyak mengakibatkan kecacatan maupun maupun kematian pada saat masih dalam kandungan. Gangguan-gangguan yang terjadi pada masa pertumbuhan dan perkembangan yaitu :
a   Gangguan pertumbuhan tulang
Cedera pada lahir dibagi menjadi dua kategori yaitu (1) intrauterine molding dan (2) trauma pada mandibula selama proses kelahiran berlangsung.hal ini dapat terjadi karena adanya tekanan yang diberikan pada bayi saat proses kelahiran berlangsung. 
b  Disfungsi otot
Otot-otot wajah dapat mempengaruhi pertumbuhan rahang dalam dua cara. Pertama pembentukan tulang pada titik otot yang tergantung pada aktivitas otot. Kedua otot merupakan bagian penting dari seluruh jaringan matriks lunak yang pertumbuhannya biasanya mengakibatkan rahang bawah ke depan.
c   Gangguan perkembangan gigi
Gangguan perkembangan gigi biasanya disertai dengan cacat bawaan. Misalnya hilangnya gigi secara congenital yaitu gangguan yang terjadi pada tahap awal pembentukan gigi (inisiasi dan proliferasi). Hal ini biasanya dikenal dengan nama anadontia dan oligodontia. Contoh lain adalah cacat dan supernumery teeth yaitu kelainan pada ukuran gigi yang terjadi pada tahap morphodifferensiasi dan histodifferensiasi (tahap pengembangan).
d   Gigi sulung tanggal prematur
   Gigi sulung yang tanggal prematur dapat berdampak pada susunan gigi permanen. Semakin mudah umur pasien pada saat tanggal ,akibatnya akan semakin besar terhadap susunan gigi permanen. Misalnya jika molar kedua sulung tanggal secara prematur karena karies , kemidian gigi permanen akan bergeser ketempat diastema sehingga tempat untuk premolar kedua permanen berkurang dan premolar kedua akan tumbuh diluar dari tempatnya.
e   persistensi gigi
   Persistensi gigi sulung (over retained deciduous teeth) yaitu gigi sulung yang sudah melewati waktunya tanggal tetapi tidak tanggal.
f   Trauma
Jika terjadi trauma pada gigi sulung akan mengakibatkan benih gigi permanen bergeser sehingga akan mengakibatkan kelainan pertumbuhan pada gigi permanen contohnya akar gigi yang mengalami distorsi atau bengkok. Hal ini dapat mempengaruhi gigi permanen yang berada didekatnya sehingga erupsi di luar lengkung gigi.
g   Pengaruh jaringan lunak
   Tekanan dari jaringan lunak akan memeberi pengaruh yang besar terhadap letak gigi. Meskipun tekanannya kecil tetapi berlangsung lebih lama akan tetap menghasilkan dampak. Misalnya lidah yang makroglosia akan mengakibatkan terjadinya maloklusi.
h   Kebiasaan buruk
   kebiasaan buruk berfrekuensi cukup tinggi dengan intensitas yang cukup dapat menyebabkan terjadinya maloklusi. Contohnya kebiasaan mengisap jari atau benda-benda lain dalam waktu yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi.
2.                  Pengaruh genetika
Pengaruh genetika sangat kuat pada pembentukan wajah yaitu pembentukan hidung, rahang, dan tampilan senyum. Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga yang terjadi maloklusi.
a. Terjadinya disharmoni antar ukuran rahang dengan ukuran gigi yang menghasilkan crowded atau diastema.
b.  Terjadinya disharmoni antar ukuran rahang atas dengan ukuran rahang bawah yang menyebabkan tidak adanya hubungan oklusi.
Hal ini terjadi karena adanya persilangan genetic dari individu satu dengan yang lain sehingga menghasilkan individu baru yang mewarisi sebagian dari individu induk.
3.                  Pengaruh lingkungan
Pengaruh lingkungan selama pertumbuhan dan perkembangan pada wajah, rahang, dan gigi sebagian besar terdiri dari tekanan dan kekuatan terkait dengan aktivitas fisiologis. Fungsi harus beradaptasi dengan lingkungan. Misalnya, bagaimana Anda mengunyah dan menelan akan ditentukan oleh apa yang Anda harus makan, tekanan terhadap rahang dan gigi akan mempengaruhi pertumbuhan rahang dan erupsi gigi.

KLASIFIKASI MALOKLUSI

Cara paling sederhana untuk menentukan maloklusi ialah dengan Klasifikasi  Angle. Menurut Angle yang dikutip oleh Rahardjo, mendasarkan klasifikasinya atas asumsi bahwa gigi molar pertama hampir tidak pernah berubah posisinya. Angle mengelompokkan  maloklusi menjadi tiga kelompok, yaitu maloklusi Klas I, Klas II, dan Klas III.
1.                  Maloklusi Klas I : relasi normal anteroposterior dari mandibula dan  maksila.  Tonjol  mesiobukal cusp molar pertama permanen berada pada bukal groove molar pertama permanen mandibula. Seperti yang terlihat pada gambar Terdapat relasi lengkung anteroposterior yang normal dilihat dari relasi molar pertama permanen (netrooklusi). Kelainan yang menyertai maloklusi klas I yakni: gigi berjejal, rotasi dan protrusi.
Tipe 1 : Klas I dengan  gigi anterior letaknya berdesakan atau crowded atau gigi C ektostem
Tipe 2  :  Klas I dengan gigi anterior letaknya labioversi atau protrusi
Tipe 3  : Klas I dengan gigi anterior palatoversi sehingga terjadi gigitan  terbalik (anterior crossbite).
Tipe 4  : Klas I dengan gigi posterior yang crossbite.
Tipe 5 : Klas I dimana terjadi pegeseran gigi molar permanen ke arah mesial akibat prematur ekstraksi.

Gambar : Maloklusi Klas I

2.                                    Maloklusi Klas II           : relasi posterior dari mandibula terhadap maksila. Tonjol mesiobukal cusp molar pertama permanen atas berada lebih mesial dari bukal groove gigi molar pertama permanen mandibula. Seperti yang terlihat pada gambar.

Gambar : Maloklusi Klas II

   Divisi 1       : insisivus sentral atas proklinasi sehingga didapatkan jarak gigit besar (overjet), insisivus lateral atas juga proklinasi, tumpang gigit besar (overbite), dan curve of spee positif.
   Divisi 2      : insisivus sentral atas retroklinasi, insisivus lateral atas proklinasi, tumpang gigit besar (gigitan dalam). Jarak gigit bisa normal atau sedikit bertambah.
         Pada penelitian di New York Amerika Serikat diperoleh 23,8% mempunyai maloklusi Klas II. Peneliti  lain mengatakan  bahwa 55% dari populasi Amerika Serikat mempunyai maloklusi Klas II Divisi I.

3.                                 Maloklusi klas III : relasi anterior dari mandibula terhadap maksila. Tonjol mesiobukal cusp molar pertama permanen atas berada lebih distal dari bukal groove gigi molar pertama permanen mandibula dan terdapat anterior crossbite (gigitan silang anterior). Seperti yang terlihat pada gambar.

Gambar : Maloklusi Klas III


            Tipe 1 : adanya lengkung gigi yang baik tetapi relasi lengkungnya tidak
            normal.
            Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila tetapi
            ada linguoversi dari gigi anterior mandibula.
            Tipe 3 :  lengkung maksila kurang berkembang; linguoversi dari gigi            anterior maksila; lengkung gigi mandibula baik.

Untuk kasus crossbite ada yang membaginya menjadi crossbite anterior dan crossbite posterior.
a.    Crossbite anterior
Suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau beberapa gigi anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual dari gigi anterior mandibula.  
b.   Crossbite posterior
Hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior mandibula.
Selain Klasifikasi Angle, terdapat berbagai jenis maloklusi, seperti:
1.      Deepbite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal gigi insisivus maksila terhadap insisal gigi insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3 mm. Pada kasus deepbite, gigi posterior sering linguoversi atau miring ke mesial dan insisivus mandibula sering berjejal, linguoversi, dan supra oklusi.
2.      Openbite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saat rahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam open bite menurut lokasinya antara lain :
·         Anterior openbite
Klas I Angle anterior openbite terjadi karena rahang atas yang sempit, gigi depan inklinasi ke depan, dan gigi posterior supra oklusi, sedangkan Klas II Angle divisi I disebabkan karena kebiasaan buruk atau keturunan.
·         Posterior openbite pada regio premolar dan molar.
·         Kombinasi anterior dan posterior/total openbite terdapat baik di anterior,  posterior, dapat unilateral ataupun bilateral.
3.      Crowded (Gigi berjejal) adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal. Penyebab gigi berjejal adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada lengkung koronal. Lengkung basal adalah lengkung pada prossesus alveolaris tempat dari apeks gigi itu tertanam, lengkung koronal adalah lengkung yang paling lebar dari mahkota gigi atau jumlah mesiodistal yang paling besar dari mahkota gigi geligi. Faktor keturunan merupakan salah satu penyebab gigi bejejal, misalnya ayah mempunyai struktur rahang besar dengan gigi yang besar-besar, ibu mempunyai struktur rahang kecil dengan gigi yang kecil.  Kombinasi genetik antara rahang kecil dan gigi yang besar membuat rahang tidak cukup dan gigi menjadi berjejal. Kasus gigi berjejal dibagi berdasarkan derajat keparahannya, yaitu:
a. Gigi berjejal kasus ringan
Terdapat gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi depan mandibula, dianggap suatu variasi yang normal dan dianggap tidak memerlukan perawatan.
b.  Gigi berjejal kasus berat
Terdapat gigi-gigi yang sangat berjejal sehingga dapat menimbulkan oral hygiene yang buruk.

4.      Diastema (Gigi renggang)
Gigi renggang adalah suatu keadaan terdapatnya ruang di antara gigi geligi yang seharusnya berkontak. Diastema ada 2 macam, yaitu:
a. Lokal, jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi. Penyebabnya antara lain frenulum labial yang abnormal, kehilangan gigi, kebiasaan jelek, dan persistensi.

b. Umum, jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh faktor keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis.

0 komentar:

Posting Komentar

About